Dampak virus corona convid 19, sudah menyapu sektor ekonomi hingga jatuh dan tersungkur. Lihat bagaimana kondisi ekonomi di Amerika Serikat. Kekhawatiran pasar akibat pandemik ini sudah membuat The Fed bahkan mengambil kebijakan repo harian senilai USD 1 trilyun sampai akhir Maret.
Namun apakah ini memang karena dampak virus corona semata? Tentu saja tidak. Rasio utang di tahun 2019 sudah ada 15 negara lebih yang melampaui 100 persen GDP, berdasarkan data Statistika di bulan Oktober 2019.
Negara tertinggi dengan rasio utang dibandingkan GDP tahun 2019 adalah Jepang, Sudan, Yunani, Lebanon, Italia, Cabo Verde, termasuk juga Amerika Serikat.
Sedangkan Amerika Serikat sendiri, dari rentang waktu bulan Februari 2019 sampai Februari 2020 total utangnya sudah mencapai USD 23,4 trilyun. Total jumlah ini jauh lebih besar dari setahun sebelumnya yang hanya sebesar USD 1,29 trilyun.
Fakta itu tentu saja sudah memberikan gambaran nyata bahwa kondisi perekonomian secara global yang ada memang sudah hampir mencapai klimaksnya. Sedangkan dampak virus Corona convid 19 memang menambah pelik situasi yang ada.
Di bulan Februari lalu, sempat muncul laporan penelitian yang dilakukan oleh MIT Sloan School of Management dan State Associates. Hasil penelitian yang dilakukan menyebutkan bahwa kemungkinan besar resesi terjadi dalam enam bulan ke depan.
Jika melihat kondisi yang terjadi saat ini, hasil penelitian pakar MIT itu mungkin saja benar. Dalam hal ini, perekonomian yang tidak kondusif dan diambang krisis membuka kesempatan lebar untuk Bitcoin dan cryptocurrency.
Philip Salter dari Genesis Mining misalnya, cukup yakin bahwa situasi ekonomi ketika krisis dapat memberikan peluang untuk Bitcoin. Pasalnya, orang dapat menilai bahwa Bitcoin mampu sebagai alternatif pelindung nilai yang cukup rasional.
Jauh sebelumnya di tahun 2019, analis senior Etoro Mati Greenspan juga memberikan gambaran serupa. Ketika ekonomi yang memungkinkan terjadi resesi, dapat memberikan nilai positif untuk Bitcoin. Pada awalnya, orang mungkin banyak menilai bitcoin sebagai asset save heaven tidak mendasar.
Wacana perbandingan emas vs bitcoin saat itu bisa jadi dianggap hal yang sepele. Sejumlah analisis komprehensif saat itu sudah menilai bahwa Bitcoin tidak bisa disamakan sebagai emas baru di jaman modern. Namun, semua persepsi itu bisa saja berubah seratus delapan puluh derajat.
Ketika terjadi krisis, Bitcoin jelas akan terkena dampaknya secara langsung. Saat virus corona mulai merebak luas sampai Eropa dan Amerika Serikat, harga juga terjun bebas seperti halnya dunia pasar modal secara global.
Sementara besaran hashrate Bitcoin saat ini juga turun mencapai 89 Exahash. Penurunan angka besaran daya komputasi menyeluruh jaringan Bitcoin ini dianggap sebagai hal yang wajar. Penurunan saat hashrate dapat terjadi kapan saja.
Jika diperhatikan secara menyeluruh, daya komputasi dengan total sebesar 89 Exahash itu adalah angka yang cukup besar. Di dalam jaringan, penambang bitcoin cukup leluasa untuk datang dan pergi. Sedangkan ketika harga bitcoin turun, memang memberikan dampak khusus kepada penambang.
Konsensus ekosistem pertambangan bitcoin memiliki kapabilitas beberapa kondisi yang bisa menjadi solusi. Pasalnya, ketika hashrate bitcoin turun, hal ini juga akan memicu penurunan tingkat kesulitan pertambangan. Begitupun jika sebaliknya terjadi.
(gambar: oleh Benjamin Nelan via Pixabay)