Sistem Keuangan Tradisional berlaku saat sebelum adanya pemerintahan, dan sebelum adanya uang yang saat ini kita kenal, pada saat itu hanya mengenal satu sistem yang bisa bekerja, yakni dengan cara barter. Sebagai contoh, Nita ingin sepotong daging, sementara Rudi membutuhkan sekeranjang buah kurma.
Jika keduanya secara kebetulan mempunyai barang yang dibutuhkan satu sama lain, mereka berdua bisa saling menukarkan barang yang dimilliki untuk memenuhi barang yang dibutuhkannya. Namun jika tidak, katakanlah, pada saat itu Nita mempunyai sebungkus roti yang ingin ditukarkannya dengan sepotong daging. Sedangkan Rudi, tidak membutuhkan roti, karena dia membutuhkan sekeranjang buah kurma.
Pada konteks ini, antara Nita dan Rudi tidak bisa saling menukarkan barang satu sama lain. Namun, hal itu bisa mungkin terjadi jika ada orang ketiga, semisal Dian, yang ternyata memiliki sekeranjang kurma dan ingin menukarnya dengan sebungkus roti.
Dengan adanya orang ketiga dalam contoh tersebut, yakni Dian, maka proses barter bisa dilakukan. Hal itu bisa dilakukan dengan cara mengatur ketiganya, agar semua orang bisa mendapat apa yang mereka inginkan.
Sistem barter ini, tentu saja mempunyai kekurangan, yakni dalam proses koordinasi dalam mengatur sekelompok orang dengan kebutuhan yang berbeda satu sama lain. Hingga kemudian muncullah dua sistem yang dianggap bisa memecahkan kelemahan tersebut, yakni “tunai”, dan “kredit”.
Mari kita tengok kembali contoh diatas dalam menterjemahkan sistem kredit. Pada sistem kredit ini, memungkinkan Nita dan Rudi untuk bisa saling berdagang barang satu dengan lainnya. Rudi bisa memberi Nita sepotong daging, dan Nita berhutang kepada Rudi untuk itu, dan akan dilunasi di masa mendatang.
Jika pada suatu saat Nita bertemu dengan Dian, Nita bisa mendagangkan sebungkus roti yang dimilikinya, untuk ditukarkan dengan sekeranjang kurma milik Dian. Sehingga dengan cara itu, Nita bisa melunasi hutangnya kepada roti dengan memberikan sekeranjang buah kurma yang didapatnya dari Dian.
Disisi lain pada sistem tunai, Nita akan membeli sepotong danging kepada Rudi. Baru setelah itu, Nita mungkin akan menjual sebungkus roti miliknya kepada Dian. Lantas, Dian menjual sekeranjang buah kurma kepada Rudi. Sehingga satu siklus perdagangan bisa terjadi dan terselesaikan. Siklus perdagangan ini bisa terjadi dalam pemenuhan kebutuhan apapun, asalkan tentu saja, pembeli pada masing-masing transaksi memiliki sejumlah uang tunai.
Pada dasarnya, tidak ada sebuah sistem yang lebih superior. Sistem tunai, jelas akan membutuhkan dana kas awal, tanpa ini, perdagangan tidak bisa terjadi. Sementara di sistem kredit, tidak membutuhkan, namun mempunyai resiko jika orang yang berhutang tidak membayar hutang tersebut.
Sistem tunai, memungkinkan seseorang untuk memberikan nilai terhadap sebuah barang yang berharga. JIka dalam sistem barter, cukup sulit dalam menentukan barang manakah yang nilainya lebih tinggi. Selain itu, dengan sistem tunai kita bisa menggunakan angka untuk mengukur nilai sebuah barang. Yang berlaku sekarang, adalah perpaduan antar kedua sistem tersebut, sehingga meskipun menggunakan kredit, hutang itu diukur dengan jumlah nilai tunai yang dibutuhkan untuk bisa membayarnya.
Berbagai ide ini muncul dalam banyak konteks, terutama sistem online, yang penggunanya memperdagangkan barang virtual dari berbagai jenis. Misalnya, jaringan peer-to-peer akan menemukan permasalahan dengan para pembonceng jaringan. Para pembonceng ini, hanya akan mendownload file tanpa berkeinginan mensharingkan file lain yang dimilikinya. Sedangkan pada saat mempertukarkan sebuah file, juga akan menemui masalah koordinasi, dalam menemukan orang yang benar-benar membutuhkan file yang kita miliki.
Contoh diatas bisa ditemui seperti dalam proyek MojoNation dan Karma (sebuah proposal proyek akademis). Pengguna mendapat alokasi awal berasal dari uang virtual yang harus mereka bayar untuk bisa mendapat atau memperoleh sebuah file yang diinginkannya.
Ketika mereka mengirim salinan file ke pengguna lain. Satu adau dua server pusat membantu dengan memeriksa nilai saldo yang dimiliki pengguna, dan kemudian menawarkan jasa pertukaran mata uang virtual dan mata uang tradisional. Meski MojoNation tidak bisa bertahan lama, pada akhirnya menjadi tolak ukur awal secara intelektual dari berbagai protokol yang digunakan hingga sampai saat ini, misalnya BitTorrent dan Tahoe-LAFS.
BitTorrent, seperti yang sudah banyak diketahui, adalah sebuah perangkat lunak yang memungkinkan pengguna lain untuk mendistribusikan data kepada pengguna lain melalui internet. BitTorrent dalam proses pendistribusian data, terlebih dahulu menganalisa, dan kemudian seakan-akan memotong data tersebut menjadi bagian-bagian kecil. Namun, ukuran asli dokumen tersebut, tetap tersimpan dalam sebuah fille dengan ekstensi torrent.
Ketika pengguna ingin mendapatkan dan mendownload sebuah file, pemilik file tidak harus mengirim keseluruhan file, karena dokumen tersebut sudah seolah-olah menjadi bagian-bagian kecil. Sehingga untuk file yang berukuran besar, akan cukup efektif dengan menggunakan BitTorrent ini.