Apa itu Proof of Reserve?
Dalam Bitcoin, Proof of Reserve muncul setelah adanya kasus yang menimpa Mt.Gox. Sebuah perusahaan bursa kripto Bitcoin terbesar di dunia saat itu. Perusahaan ini didirikan pada bulan Juli pada tahun 2010 dan berpusat di Tokyo – Jepang.
Setelah terjadi insident yang menimpa pada kasus Mt.Gox itu, banyak exchanger atau bursa Bitcoin dan perusahaan lain yang memberikan prosedur semacam itu. Baik berupa Proof of Reserve, Multisignature, atau audit eksternal, dan lainnya.
Hal itu dilakukan tidak lain agar pelanggan atau user bisa melihat liabilitas perusahaan terhadap potensi terjadinya kepailitan. Dan yang utama adalah, agar user atau pelanggan sebuah perusahaan juga bisa melihat bahwa kepailitan tersebut tidak melebihi cadangan dana yang disiapkan tersebut.
Pada dasarnya, proof of reserve ini adalah sebuah sebuah bukti bahwa perusahaan termaksud telah memiliki cadangan dana. Bukti cadangan dana ini perlu dimiliki oleh para penyedia jasa exchanger Bitcoin. Tentu saja, karena bursa kripto tersebut bertindak seperti layaknya sebuah bank, yang memegang dan menyimpan saldo Bitcoin para pelanggan.
Salah satu tujuan dari proof of reserves (POR) adalah untuk bisa memastikan liabilitas sebuah perusahaan tidak melebihi nilai aset. Sehingga pengguna di sebuah bursa kripto, bisa melakukan pengecekan balance perusahaan itu. Salah satu cara nantinya adalah mengecek langsung dengan melihat di Explorer Blockchain.
User seharusnya memang bisa mengetahui apakah perusahaan bursa kripto itu benar-benar memiliki cadangan yang cukup. Jika sebuah bursa kripto memiliki cadangan dana tersebut yang sebanding atau melebihi jumlah seperti yang telah dinyatakan perusahaan tersebut kepada para konsumen, maka artinya perusahaan tersebut memiliki cadangan dana yang memadai.
Bagaimana penerapan proof of reserve dalam Bitcoin? Proof of reserve ini menjadi salah satu bagian dari prosedur di dalam proses audit. Namun proses audit untuk POR tidaklah sama seperti makna audit pada umumnya. Karena penerapan proof of reserve menggunakan beberapa prosedur teknik khusus yang hanya diterapkan untuk bursa kripto.
Proof of reserve Tidak Sama Dengan Audit, Punya Kendala
Meski POR juga sebagai bagian dari rencana berbasis resiko dalam sebuah keseluruhan proses audit, namun audit dan proof of reserve tidak sama. Menjadi pembeda utamanya adalah ada beberapa prosedur teknis yang memang diperuntukkan hanya di bursa kripto saja, tidak untuk yang lain.
Gambaran singkatnya, penerapan proof of reserve harus mampu memenuhi 4 hal. Pertama agar proses audit nantinya dapat dilakukan secara lebih sederhana karena obyeknya dilakukan di bursa kripto. Kedua adalah untuk dapat memastikan bahwa liabilitas bursa tersebut tidak melebihi aset, ketiga memastikan jumlah total saldo pelanggan secara valid. Dan yang keempat adalah melakukan investigasi terhadap seluruh elemen dan infrastruktur di dalam bursa kripto tersebut.
Meski demikian, penerapannya memang tidak cukup mudah. Alhasil, implementasi proof of reserve dalam Bitcoin ini banyak menemui kendala. Salah satu penyebabnya adalah karena tidak dilakukan sepenuhnya oleh akuntan yang bisa memenuhi standar audit, seperti GAAS (Generally Accepted Auditing Standards).
Sehingga lebih jauh kemungkinan besar juga tidak bisa diterima oleh lembaga seperti SIC, BitLicense, dan pemangku kebijakan lainnya. Meski begitu, bisa dibilang bahwa upaya atas hal ini akan menjadi sebagai pemicu untuk bisa lebih maju ke depannya.
Telah Ada Beberapa Bursa Kripto Yang Telah Menjadi Pioneer
Beberapa exchanger atau trade exchange yang dianggap sebagai pioneer dan mulai menerapkan POR. Berdasarkan BitcoinWiki, beberapa bursa tersebut adalah Vaultoro, Kraken, Bitstamp, dan juga Uphold. Sementara Bitquick juga pernah mengaku bahwa di tahun 2014 pasca ada informasi pembobolan server, telah menerapkan Proof of Reserve ini.
Penerapan proof of reserve yang dilakukan Kraken, menurut pengamatan JASON TYRA di situsnya tyracpa.com menyisakan kesulitan tersendiri bagi auditor dalam melakukan pengujian. Kraken menerapkan proof of reserve tersebut dalam sebuah perangkat lunaknya sendiri. Sementara, kode dalam perangkat itu dikendalikan sendiri oleh para klien.
Menurut Jason, hal itu bisa meningkatkan resiko pengendalian yang pada akhirnya menyulitkan auditor dalam melakukan pengujian. Meskipun, yang dilakukan oleh Kraken ini bisa memiliki keuntungan karena pelanggan bisa memverifikasi transaksinya secara langsung.
Memberikan penilaian tersendiri terhadap bursa kripto mana yang layak untuk digunakan tentu menjadi hal yang penting bagi pengguna. Lebih khusus lagi untuk pengguna Bitcoin di indonesia. Pengguna kripto harus mendapatkan pelayanan terbaik. Karena pengguna kripto di sebuah bursa kripto konvensional berarti mempercayakan sejumlah aset Bitcoin mereka.