Debat antara Nouriel Roubini vs Crypto Hayes berakhir memanas. Keduanya bertemu dalam sebuah forum di event Asia Blockchain Summit 2019 yang bertempat di Taipei hari Selasa lalu (2/7/19).
Nouriel Roubini adalah salah seorang ekonom kondang asal Amerika Serikat. Selama ini Roubini cukup dikenal lantaran pandangannya yang skeptis terhadap dunia kripto. Karena pendapatnya yang skeptis ini, Roubini dijuluki dengan “Dr Doom”.
Sedangkan Crypto Hayes yang bernama asli adalah Arthur Hayes, merupakan CEO sekaligus pendiri BitMEX.
Pertemuan yang mempertemukan antara Nouriel Roubini dan Hayes pada dasarnya untuk memperbincangkan apakah mata uang kripto akan menjadi mata uang masa depan atau justru akan gagal.
Entah apa yang melandasi pihak penyelenggara untuk mempertemukan kedua pembicara yang saling berseberangan cara pandang tersebut. Dalam perdebatan itu, Roubini mengatakan bahwa pelaku industri cryptocurrency mempunyai perilaku menyebalkan. Alasannya, “BItcoin tidak aman, tidak terdesentralisasi, bahkan tidak dapat mengatasi masalah skalabilitas.”
Berlawanan dengan pendapat Roubini, Hayes langsung membantah dengan mengatakan bahwa kapitalisasi Bitcoin sudah mencapai USD 220 milyar. Komunitas Bitcoin juga memberikan hadiah bounty bagi yang bisa menemukan celah keamanan besar di jaringannya. “Sampai saat ini tidak ada yang berhasil meretas BItcoin,” bantah Hayes.
Pasar Bitcoin dan cryptocurrency secara umum merupakan pasar bebas yang nyata, dan satu-satunya yang ada di dunia saat ini. Menurut Hayes, nilai mata uang bitcoin dalam lima tahun ke depan, bisa mencapai USD 1 trilyun, belum ditambah dengan aset kripto lainnya.
Hayes juga membantah pernyataan Roudini menyangkut masalah skalabilitas dengan mengatakan bahwa masalah skalabilitas tersebut akan membutuhan waktu hingga beberapa dekade. Hayes memberikan analogi seperti kartu kredit perbankan yang membutuhkan waktu hingga puluhan tahun. Capaian bitcoin selama sepuluh tahun adalah hal yang cukup mengesankan.
Secara umum, Roubini menyatakan bahwa dunia tidak membutuhkan cryptocurrency. Anggapannya karena revolusi teknologi fintech sudah memiliki perkembangan teknologi yang signifikan. Seperti kecerdasan buatan (AI), big data, ataupun IOT. Segala perkembangan teknologi tersebut diyakini Roubini sudah mampu untuk mengatasi permasalahan yang ada.
Lebih spesifik, Roubini juga menyerang Hayes dengan menyebut BitMEX sebagai instrumen “gamblers”. Menurut Roudini, BitMEX adalah platform yang memanipulasi pasar, pendirinya berpotensi untuk memperkaya diri dengan melikuidasi pelanggan.
Sejauh ini, BitMEX dianggap Roudini merupakan salah satu platform yang tidak mengantongi ijin resmi. BitMEX dianggap juga berupaya untuk menghindari peraturan. Padahal menurutnya pribadi produk yang spekulatif seperti Bitcoin seharusnya hanya dapat diakses oleh investor yang terakreditasi. Sementara menurut Hayes selama ini menyebut bahwa BitMEX tidak akan dapat tersentuh oleh hukum.
Menanggapi hal itu, Hayes membantah bahwa pembayaran elektronik pada aplikasi seperti WeChat dapat dibuat dengan mudah. Permasalahannya adalah karena transaksi pada aplikasi itu dapat dipantau oleh pihak Tencent maupun pemerintah di Cina. Atas dasar itu, Hayes menilai bahwa privasi menjadi hal yang cukup penting.
Lebih jauh mengenai pandangan masa depan cryptocurrency, Roubini menganggap bahwa semua mata uang kripto akan bernilai “nol” di masa depan. Mata uang kripto disebut akan menjadi “museum kripto gagal” dalam sejarah.
Roubini kembali melihat apa yang pernah terjadi pada tahun 2018, setahun lalu. Saat itu harga cryptocurrency jatuh tersungkur. Kapitalisasi pasarnya bahkan turun hingga mencapai 95 persen. Menurutnya, sebagian besar altcoin yang ada adalah shittcoin. Di tahun 2018 itupun, harga Bitcoin turun 30 persen hanya dalam waktu satu minggu saja.
Sementara Hayes, dunia di masa mendatang akan membutuhkan transisi ke dunia digital. Termasuk juga mata uang fiat, atau kerta. Perkembangan teknologi yang ada, termasuk cryptocurrency, akan memaksa dan menggeser mata uang fiat.
Berlanjut Memanas di Sosial Media Twitter
Debat antara Roudini dengan Crypto Hayes ternyata tidak habis pada event tersebut. Situasi antar keduanya memanas melalui ciutan masing-masing di Twitter.
Hal itu bermula ketika Arthur Hayes berupaya menanggapi ciutan Roubini dengan menyebut akan memposting rekaman debat pada moment tersebut.
Sedangkan Roudini menyebut jika penyelenggara tidak mau untuk menyiarkan secara langsung acara debat tersebut. Roudini pun marah, menulis dengan kasar, Roudini meminta Hayes untuk memposting rekaman acara debat itu.
Hayes pun menanggapi, bahwa rekaman debat akan dirilis.
Sama Sepakat Menganggap Libra Bukan Cryptocurrency
Menariknya, meski keduanya terkesan saling berseberangan pendapat di acara debat yang bertajuk “Tangle in Taipei”, namun baik antara Roubini maupun Hayes saling sependapat tentang Libra. Di forum lain, keduanya sama menganggap bahwa Libra besutan Facebook tersebut bukanlah cryptocurrency.
Roubini mengatakan, bahwa Libra bukanlah mata uang kripto. “Libra adalah simbol kripto yang gagal”, sebut Roudini.Saat memberikan komentar di media, Hayes khawatir Libra bisa menjadi jebakan terhadap orang-orang awam. Meski demikian Hayes juga berpendapat bahwa ketika Libra diluncurkan, potensinya bisa menghancurkan bank sentral maupun bank komersial.