Lightning Network Bitcoin mulai kian bersinar. Beberapa hari lalu Lightning Labs kembali memperkenalkan rancangan inovasi pembayaran online melalui protokol LSAT. Protokol LSAT adalah sebuah protokol pembayaran online dengan memanfaatkan kode status HTTP yang selama ini bahkan tidak pernah dipergunakan.
LSAT atau kepanjangan dari Lightning Service Authentication Token ini sudah dipublikasikan hari Senin lalu (30/3/2020). Secara umum, LSAT ini berfungsi sebagai sebuah protokol baru untuk pembayaran online. LSAT sekaligus bisa berfungsi sebagai API berbayar yang dapat digunakan oleh perusahaan maupun bisnis, atau juga penyedia layanan online dalam menyediakan fitur pembayaran.
Dari protokol LSAT juga dapat digunakan sebagai sebuah metode pembayaran. Bagi pengguna umum, mekanisme pembayaran ini akan nampak seperti halnya sebuah tiket pembayaran khusus.
Karena dari protokol LSAT ini juga bisa berlaku sebagai sebuah token pembayaran, otentikasi yang dilakukan akan mirip seperti sebuah cookie. Bedanya, cookie disini khusus berbasis kriptografi yang mengeliminir data penting pengguna.
Ibaratkan saja jika anda pernah melakukan pembayaran secara online dengan kartu kredit atau yang lain. Informasi penting tersebut kerap kali tersimpan di dalam cookie. Sementara dengan protokol LSAT berbasis Lightning Network Bitcoin ini, akan berlaku untuk memfasilitasi proses login otomatis.
Selanjutnya adalah membuat proses pembayaran yang berbasis kriptografi. Sehingga informasi penting terkait dengan data pengguna, baik nama, kata sandi, dan lainnya dihilangkan untuk menjaga privasi dan memberikan perlindungan keamanan penggunanya.
Selain itu, yang cukup menarik adalah bahwa protokol LSAT ini menggunakan status kode HTTP yang tidak pernah digunakan sebelumnya. Mungkin anda akan sering menjumpai status kode HTTP yang sering muncul di berbagai situs. Status kode HTTP yang dimaksud ini adalah status kode HTTP 402.
LSAT Memanfaatkan Status Kode HTTP 402
Status kode HTTP 402 adalah respon HTTP yang memberikan keterangan bertuliskan “Payment Required”. Respon status kode tersebut bermakna bahwa perlu untuk melakukan pembayaran. Dan penggunaannya mungkin baru akan digunakan di masa mendatang. Pasalnya selama ini memang status kode HTTP 402 itu memang belum pernah digunakan.
Pada status kode HTTP 402 memang diproyeksikan sebagai media pembayaran mikro dengan mata uang tunai digital. Namun kabarnya layanan MobileMe dari Apple pernah disebut menggunakan opsi ini untuk layanannya. Ketika muncul status kode HTTP 402, artinya ada tagihan yang belum dibayarkan oleh pengguna.
Marty Bent memberikan komentar di Cointelegraph hari ini (2/4/2020), mengatakan pada awalnya kode HTTP 402 oleh para pengembang dibayangkan bahwa di masa mendatang akan muncul pembayaran tunai digital untuk micropayment.
Namun menurut Marti selama ini tidak ada sistem pembayaran tunai digital yang cocok agar sistem itu bisa digunakan menjadi lebih mudah. Protokol LSAT yang berbasis Lightning Network Bitcoin ini disebut Marty sebagai sebuah terobosan besar. Dalam pandangannya, LSAT memiliki potensi yang cukup besar. Pasalnya selama ini opsi yang digunakan lebih banyak adalah menggunakan kartu kredit.
Desain Protokol LSAT Berbasis Lightning Network
Potensi pemanfaatan protokol LSAT memang dapat dikatakan cukup besar. Bisa dibayangkan saja bagaimana jika orang secara umum bisa membuat pembayaran online tanpa harus membutuhkan otentikasi yang ribet. Seperti membutuhkan data email, kartu kredit, hingga data diri dan kata sandi.
Semua hal itu bisa dilakukan melalui protokol LSAT dengan berbasis teknologi lightning network Bitcoin untuk micropayment. Secara lebih sederhana desain protokol LSAT terdiri dari pemanfaatan Lightning Network dan pemanfaatan status kode HTTP 402. Namun ada satu bagian penting lagi bernama Macaroons.
Alhasil, LSAT adalah gabungan dari:
LSAT = HTTP+Lightning Network+Macaroons
Dalam desain LSAT itu, apa yang disebut dengan sebuah “Tiket” dalam sistemnya tidak lain adalah Macaroons itu sendiri. Infrastruktur Macaroons pada dasarnya berfungsi seperti sebuah token kripto pada umumnya.
Namun menjadi berbeda, lantaran memang konteksnya akan diimplementasikan dalam sebuah website dan menghasilan sebuah tiket. Sebenarnya, Tiket atau Macaroons sendiri berupa sebuah “preimage” dalam sebuah token. Dalam hal ini, tiket ini juga dapat diproyeksikan sebagai sebuah bukti pembayaran online. Bukti pembayaran inipun menjadi sebuah bukti pembayaran yang temper-proof.
Pada desain Macaron sendiri, menggunakan identifier dari hash SHA-256. Dari hash inilah yang berfungsi sebagai identifier yang bersifat publik. Di dalam hash ini terdiri dari informasi statis pengguna, namun tidak seperti informasi pengguna pada umumnya yang berisi nama dan lain-lain, karena berbasis hash SHA256.
Dari identifier publik di Macaroons tersebut, mampu merujuk pula pada sebuah root key. Key ini terdiri dari 32 byte. Sehingga setiap penerbitan tiket atau Macaroons baru akan membutuhkan key ini, termasuk juga dalam proses verifikasinya. Skema LSAT secara umum akan terdiri dari 3 syntax berikut:
macaroons
→ <base64 encoding>preimage
→ <hex encoding>token
→ macaroons “:”
Berdasarkan syntax di atas, dapat kita lihat bahwa tiket atau token Macaroons akan dipergunakan sebagai sebuah syntax token untuk proses atutentikasi HTTP nantinya.