Munis Sharma, seorang konsultan Pusat Teknologi Strategis dari Institut Manohar Parrikar untuk Studi dan Analisis Pertahan India (IDSA) menuliskan pandangannya tentang Renminbi digital China atau yang disebut dengan DCEP.
Pada artikel yang dituliskan di situs resmi IDSA Munish Sharma menilai bahwa proyek Renminbi digital atau DCEP China seperti mimpi yang terlalu jauh untuk bisa terwujud. Terlebih pada situasi di tengah dunia yang sedang menghadapi pandemic Covid 19 ini, China sudah kehilangan transparansi maupun kepercayaan orang lain.
Munish Sharma adalah lulusan teknik elektronika dan komunikasi. Dirinya juga memiliki gelar magister Geopolitik dan Hubungan Internasional. Munish lalu banyak tertarik melakukan penelitian terkait keamanan siber. Termasuk juga di lingkup infrastruktur perlindungan informasi, keamanan, sampai aspek geopolitik dan teknologi terbarukan.
Tidak hanya itu, Munish juga kerap menganalisis teknologi seperti komputasi kuantum, enkripsi, kecerdasan buatan, hingga teknologi blockchain. Lebih jauh Munish juga cukup banyak mempelajari banyak perspektif dunia siber. Sampai juga pada segmentasi spionase dunia maya dalam konteks yang terkait dengan Negara China.
Tampaknya, dari latar belakang inilah yang mempengaruhi pengamatan Munish Sharma ketika melihat proyek mata uang digital China, DCEP. Sementara IDSA (The Manohar Parrikar Institute for Defence Studies and Analyses) berperan sebagai sebuah lembaga think tank terkemuka di India. Lembaga ini secara spesifik menggali penelitan banyak hal tentang hubungan internasional, pertahanan dan keamanan, sampai memberikan pelatihan khusus untuk pejabat sipil, militer di pemerintah India.
DCEP dalam pandangan Munish dipandang menjadi sebuah model transaksi yang menguntungkan bagi China pasca pandemic Covid 19. Pemerintah China lebih terkesan ingin memperluas pengawasannya terhadap rakyatnya.
Penggunaan mata uang digital DCEP yang bertulangpunggung dari teknologi cryptocurrency Bitcoin itu bukanlah seperti transaksi tunai fisik. Melainkan melalui piranti wallet digital yang cukup berpotensi untuk lebih mudah dilacak.
China sendiri sebelumnya sudah cukup agresif untuk bisa melakukan pengawasan ketat. Sebut saja seperti penggunaan teknologi pengenal wajah yang sudah diterapkan di seluruh negeri tirai bambu itu. Bagi Munish, DCEP adalah satu tingkat lebih atas dalam upaya pengawasan yang lebih ketat.
Dalam hal ini, pemerintah China juga dipandang tengah berupaya untuk memperluas jangkauan pengawasan. Melalui penggunaan mata uang Renminbi digital. Di sisi lainnya, pemerintah China juga berupaya untuk memotong dominasi infrastruktur keuangan Amerika Serikat seperti SWIFT.
Perluasan pengawasan oleh China, didukung dengan proyek yang sudah dibangun terlebih dahulu melalui inisiatif “sabuk ekonomi jalur sutra” (Belt and Road Initiative – BRI). Pemanfaatan DCEP jelas akan lebih menguntungkan bagi China. Termasuk pula di wilayah-wilayah jangkauan BRI.
Sementara apa yang terjadi di masa pandemi Covid 19, dipandang telah membuat China sudah kehilangan kepercayaan. Termasuk dalam hal untk melakukan dominasi mata uang, transparansi sampai masalah kepercayaan orang lain. Menurut Munish Sharma, China sudah defisit dalam tiga aspek itu.