Game Theory atau teori permainan adalah teori yang berasal dari matematika. Game Theori ini kemudian banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang termasuk untuk ekonomi, manajemen, politik, psikologi, interaksi manusia, fisika, elektronika, hingga ilmu komputer. Ekosistem pertambangan cryptocurrency seperti Bitcoin, juga mempergunakan Game Theory tersebut.
Di dalam cryptocurrency yang diawali di era Bitcoin, Game Theory menjadi sebuah konsep penting untuk dapat memahami dunia kripto, teknologi blockchain yang berasal dari Bitcoin.
Game Theory Teori ini adalah sebuah bidang untuk mempelajari bagaimana manusia membuat sebuah keputusan dalam kondisi yang cukup kompetitif. Sehingga keputusan yang diambil juga memperhatikan aspek apa yang ada di dalam benak kompetitor.
Di dalam ekonomi, Game Theory juga menjelaskan bagaimana para pelaku bisnis harus mengambil keputusan di tengah persaingan antar beberapa perusahaan besar lainnya. Seperti nama verbal teori ini, tentu saja Game Theory tidak sekedar berbicara soal permainan semata.
Studi tentang pengambilan keputusan ditengah kondisi persaingan itu juga mempengaruhi apa yang dihasilkan. Konsekuensi apa yang ditimbulkan dari pengambilan keputusan tersebut. Secara umum, studi ini pada akhirnya bertujuan untuk mencari strategi terbaik yang semestinya digunakan untuk meraih apa yang diharapkan.
Pernah menonton film luar biasa terkenal peraih Oscar berjudul “A Beautiful Mind”? Film ini menceritakan almarhum John Nash, peraih nobel ekonomi di tahun 1994. Nash memperkenalkan game theory yakni Nash Equilibrium. Jika di artikan dalam bahasa Indonesia, teori Nash tersebut bermakna Teori Keseimbangan Nash.
Dari teori keseimbangan Nash (Nash Equilibrium) inilah yang kemudian dipergunakan di dalam ekosistem pertambangan Bitcoin. Dan kemudian dipergunakan pula di hampir seluruh varian cryptocurrency yang ada. Sebelum itu, mari coba kita pelajari lebih jauh tentang Game Theory secara umum terlebih dulu. Apa yang dimaksud dengan Game Theory.
Apa itu Game Theory?
Geme Theory adalah sebuah teori matematika yang pertama kali dirumuskan oleh John von Neumann di tahun 1928 silam. Neumann kemudian disebut sebagai bapaknya Game Theory.
Di tahun 1944, Neumann bersama Oskar Morgenstern kemudian menulis sebuah buku dengan judul “Theory of Games and Economic Behavior”. Buku ini didasari dari pemikiran Morgenstern bahwa Game Theory yang ditemukan oleh Neumann bisa diterapkan pada ilmu ekonomi.
Secara singkat, teori dalam buku tersebut dapat menjelaskan situasi ekonomi melalui sebuah hasil permainan antara dua pemain atau lebih. Dalam sebuah permainan, tentu saja terdapat beberapa elemen.
- Pemain
- Peraturan
- Strategi
- Imbalan atau Pay off
Dalam menjalankan permainan ini, setiap pilihan pengambilan keputusan serta strategi yang digunakan, akan menghasilkan konsekuensi yang diterima oleh para pemain. Imbalan tersebut bisa berupa nilai, jumlah uang tertentu, emosi, prestis, hingga resiko yang ditimbulkan atas pilihan keputusan berdasarkan strategi yang telah diambil.
Lebih jauh, berikut beberapa konsep strategi yang perlu dipahami terkait dengan Game Theory:
Prisoner’s Dilemma
Model permainan dari Prisoner’s Dilemma pertama diperkenalkan oleh A.W Tucker di tahun 1940. Model permainan ini menggambarkan situasi dua orang yang dianggap sebagai tersangka tindak kejahatan. Selanjutnya, kedua orang tersebut harus diperiksa lebih jauh secara terpisah.
Tujuannya jelas untuk mencari siapa pelaku kejahatan sebenarnya. Dari pemeriksaan yang dilakukan lebih spesifik mencari tahun siapa yang telah memberikan pengakuan, dan siapa dari dua tersangka itu yang tidak mengaku.
Bagi penegak hukum, tersangka yang mengaku bisa diberikan potongan hukuman. Namun jika keduanya tidak mengaku, maka penegak hukum punya memiliki cukup bukti kuat sehingga masing-masingnya diberi hukuman 2 tahun.
Nash Equilibrium
Teori keseimbangan Nash atau Nash Equilibrium pertama ditemukan oleh John Nash di tahun 1951. Strategi dengan pola yang dominan dalam keseimbangan Nash ini cukup jarang ditemukan. Namun, dari matrik diatas, masing-masing tersangka mungkin akan saling menentukan secara optimal.
Sehingga antara A dan B, masing-masingnya ditemukan sepasang strategi yang seimbang antara keduanya, yakni 3,3. Strategi dengan Nash Equilibrium adalah strategi yang dipilih oleh masing-masing pemain. Dapat dikatakan strategi ini adalah strategi terbaik yang digunakan oleh masing-masing pemain dengan mempertimbangkan strategi pemain lawan.
Contoh lain untuk melihat pendekatan Nash Equilibrium adalah seperti pada lampu lalu-lintas. Pada lampu lintas ini mungkin tidak memberikan insentif kepada siapapun juga. Lampu lalu lintas juga tidak peduli siapapun pengguna jalan tersebut.
Meskipun pengguna jalan itu adalah orang kaya, aktor, pejabat, orang biasa, dan lain-lain. Pengguna jalan hanya menjalankan petunjuk seperti yang disimbolkan dalam warna lampu lalu-lintas tersebut. Dalam hal ini, ada seperangkat aturan yang harus dipatuhi oleh pengguna jalannya. Dan seperangkat aturan ini menjadi sebuah skema yang jauh lebih baik. Konteks inilah yang nantinya menjadi pondasi untuk digunakan dalam ekosistem pertambangan Bitcoin.
Byzantine General Problem
Byzantine General Problem adalah sebuah situasi ketika masing-masing jenderal harus memutuskan untuk memilih keputusan strategi menyerang, atau mundur guna menghindari kekalahan. Sementara ada salah satu jenderal yang ternyata menyebarkan informasi palsu sehingga memutuskan untuk mundur.
Dalam hal ini, jenderal yang memberikan informasi palsu itu selanjutnya disebut sebagai seorang penghianat karena tidak memberikan perintah yang benar.
Relasi Game Theory dalam Bitcoin
Game Theory di dalam Bitcoin memiliki cara yang unik. Strategi ini dapat dikatakan sebagai eksekusi otomatis terhadap Nash Equilibrium yang sekaligus mampu memberikan solusi atas Byzantine General Problem.
Jika melihat bagaimana lampu lalu lintas dalam contoh Nash Equilibrium diatas tidak memberikan insentif kepada siapapun, maka di dalam Bitcoin menggunakan Insentif sebagai pemecah persoalan itu. Targetnya jelas agar tidak ada siapapun yang melanggar rambu lampu lalu lintas itu.
Insentif di dalam bitcoin adalah bagian yang cukup menentukan dalam menegakkan aturan pada rambu lalu lintas itu. Terkait dengan permasalahan dalam Byzantium General Problem, insentif menjadi pemecah permasalahan paling fundamental juga.
Artinya bahwa dengan penetapan aturan yang ada beserta insentif yang diberikan kepada penambang di dalam jaringan, menghindarkan masalah adanya pihak-pihak yang melanggar aturan. Menghindarkan dari pihak yang berkhianat, menyebarkan informasi palsu.
Insentif penambang ini juga menjadi pendorong utama penegakan Equilibrium Nash terkait dengan penetapan aturan yang telah ditetapkan. Jika penambang diberikan insentif khusus, penambang lebih terdorong menjadi seorang pelaku pertambangan yang jujur, tidak menyalahi aturan.
Sebab jika tidak, penambang yang tidak jujur hanya akan melakukan upaya yang sia-sia. Kehilangan waktu untuk melakukan upaya pelanggaran itu, kehilangan biaya listrik, biaya koneksi dan biaya perangkatnya.
Pada jaringan Bitcoin, penambang yang berupaya melakukan pelanggaran atau membuat block yang tidak valid, Equilibrium Nash akan bekerja secara otomatis. Cara ini dilakukan dengan penegakan aturan oleh penambang-penambang yang jujur di dalam jaringan. Sehingga penambang hanya akan menerima block yang valid saja, dan menisbikan block tidak valid dari penambang yang tidak jujur. Disinilah Equilibrium Nash dapat bekerja secara otomatis.
Toleransi untuk permasalahan byzantine atau Byzantine Fault Tolerant dapat bekerja lantaran ada proses koordinasi yang kuat dalam mencapai konsensus untuk mempertahankan block yang valid di dalam jaringan. Sehingga para penambang dapat membuat pilihan keputusan yang terbaik. Yakni dalam menghasilkan block dengan tingkat validitas yang tinggi.
(gambar: oleh ErikaWittlieb via Pixabay)