Database mata uang kripto, atau yang cukup dikenal juga dengan Blockchain, pada dasarnya selalu akan menghadapi masalah yang sama, yakni tentang skalabilitas block. Ukuran database blockchain, relatif akan terus bertambah besar, karena menyimpan seluruh transaksi.
Sama halnya dengan Ethereum, yang menghadapi masalah sama. Jika di bitcoin sudah melalui aktivasi segwit tahun sebelumnya, dan juga lightning network, ethereum mempunyai plasma, casper, dan Sharding.
Sharding Ethereum
Sharding ethereum ini pada dasarnya hampir sama dengan mekanisme Sharding pada database pada umumnya, yang berfungsi untuk membagi database yang berukuran besar menjadi beberapa bagian. Sehingga penanganan database nantinya diharapkan mampu lebih mudah.
Sejauh ini, penerapan Sharding Ethereum direncanakan berjalan dalam empat tahapan. Tahap pertama pengembangan ini, nampak hampir selesai berjalan. Vitalik Buterin mengamini hal itu saat memberikan komentarnya di Coindesk. Ia mengatakan, “Sepertinya bagian pertama dari keempat tahapan hampir selesai. Secara teoritis, ini merupakan spesifikasi yang bagus, terkait menjadi seperti apakah pecahan minimalnya akan terlihat nantinya”, terangnya. Vitalik menambahkan, bahwa penerapan keempat tahap nantinya diharapkan selesai dalam waktu sebulan lebih.
Mata uang kripto ini berada di bawah tekanan yang cukup kompetitif seiring dengan popularitas kripto. Hal tersebut berakibat menurunnya kecepatan transaksi dengan biaya konfirmasi transaksi yang tinggi. Sementara dengan banyaknya proyek berbasis token di Ethereum, memberikan dampak tersendiri atas kondisi network mereka. Nampak, banyak juga proyek token yang lantas mulai banyak dibangun di blockchain selain Ethereum, misalnya di Stellar. (ida/adi)