BitcoinMedia – Desentralisasi Twitter. Jagad sosial media Twitter beberapa hari ini sudah banyak diisi oleh seputar isu lendir bos-bos Garuda. Namun tentu saja tidak hanya itu. Sehari lalu, Jack Dorsey, pendiri sekaligus CEO Twitter ini menciutkan rencana untuk desentralisasi twitter.
Ciutan Jack Dorsey di akun pribadinya itu kemudian banyak mendapat respon positif. Terlebih, Jack sendiri sudah sejak tahun 2018 silam turut banyak mendukung pengembangan Lightning Network Bitcoin.
Lebih tepatnya sejak tanggal 15 Maret tahun lalu, saat rilis versi beta untuk LND Lightning Network Bitcoin ternyata sudah mendapat dukungan penuh dari CEO Twitter Jack Dorsey. Dari perwajahan internet, nampaknya ide untuk membawa desentralisasi Twitter oleh Jack tentu saja banyak terinspirasi juga oleh Bitcoin dan Cryptocurrency.
Dari ciutannya kemarin diatas tersebut, Jack mengatakan bahwa dirinya berencana untuk membentuk dan mendanai tim independen kecil. Tim tersebut nantinya akan terdiri dari pengembang, enginer, sampai designer untuk membangun standar desentralisasi sosial media. Target utamanya adalah untuk merubah sentralisasi Twitter menjadi terdesentralisasi.
Lebih jauh Jack juga mengatakan, “Atas berbagai macam alasan yang cukup masuk akal saat itu, kami memutuskan berbeda untuk Twitter secara lebih terpusat,” tulisnya. Pernyataan itu adalah menyinggung pengembangan Twitter saat pertama dilakukan. Lalu Jack juga menambahkan, “Tapi kemudian hal yang sudah bertahun-tahun lalu itu sudah banyak berubah,” tambahnya.
Bagi Jack, Twitter sendiri selama ini telah banyak menghadapi tantangan yang cukup berat. Terutama jika menyoal terkait kebijakan yang harus diambil terkait dengan penyalahgunaan informasi. Persoalan-persoalan semacam itu akan terus berulang dan terjadi berkesinambungan tanpa hentinya.
Sementara, jika menggunakan algoritma khusus untuk menangani hal semacam itu dianggapnya lebih bersifat ekslusif. Tidak ada alternatif yang bisa memberikan pengguna lebih banyak pilihan. Belum lagi jika tabiat pengguna yang lebih banyak mengisi konten dengan berbagai kontroversi dan menyulut kemarahan pengguna lain.
Di sisi lainnya, sebenarnya tidak pernah ada orang yang memiliki internet di dunia ini. Semua orang bisa memposting apapun di servernya sendiri. Asalkan, orang itu telah memiliki hosting server miliknya ataupun menyewa layanan tersebut. Tidak ada pihak yang akan melarang upaya untuk memposting berupa tulisan, komentar, blog, maupun video.
Berbagai hal yang telah terjadi, membuat Jack ingin melakukan banyak perubahan. Gagasan Jack sebenarnya sudah pernah diungkapkan pula oleh Mark Zuckerberg tahun lalu. Bedanya, Mark saat itu sudah terkesan mulai ingin membuat versi kripto lain untuk dapat digunakan di platformnya. Belum lagi, publik sudah banyak mengetahui rekam jejak buruknya insiden privasi di Facebook. Sedangkan Jack lebih tertarik untuk merubah sentralisasi Twitter menjadi terdesentralisasi.
Desentralisasi Twitter, Seperti Apa Bentuknya?
Istilah desentralisasi Twitter mungkin terlalu berlebihan. Pasalnya Jack lebih bertujuan untuk lebih mengurangi sisi sentralitas Twtiter saja. Dalam hal ini, Twitter akan tetap menjadi sebuah perusahaan dengan kendali tunggal atas sosial medianya dengan cara yang lebih berbeda. Apa yang dimaksud dalam ciutan Jack adalah dalam menangani moderasi konten untuk Twitter.
Meski demikian, perubahan yang diharapkan nantinya adalah bahwa pengguna juga bisa menjalankan versi Twitternya sendiri. Termasuk pula fitur untuk dapat mengirim email ke berbagai server yang bisa digunakan oleh siapapun.
Jack sendiri sempat mengutip tulisan Mike Masnick, terkait dengan publikasi Techdirt untuk memberikan stimulus desentralisasi sosial media. Dalam tulisan itu, Mike lebih menyarankan ada cara terbaik untuk membuat filter konten dengan rancangmuka yang tetap dapat ditentukan oleh penggunanya sendiri.
Gagasan Jack tentang minimalisir sentralitas Twitter mungkin akan dirasa seperti halnya protokol ActivityPub. Protocol open source untuk berkomunikasi secara terbuka ini juga sudah dapat digunakan melalui Fediverse, atau juga Gab dan Mastodon sebagai salah satu komunitas situs sosial yang juga menggunakan protokol ActivityPub.
Pada protokol ActivityPub ini juga menggunakan Schema.org, Google Knowledge Graph yang memanfaatkan JSON-LD. Pengkodean JSON-LD lebih diutamakan untuk mengubah data JSON menjadi JSON-LD. Tujuannya untuk bisa memetakan data dari JSON ke RDF. Lebih jauh dengan pengkodean ini menjadi dasar ActivityStream dalam mempertukarkan informasi yang sedang berlangsung atau sudah selesai, seperti yang juga digunakan di ActivityPub.
Dengan menggunakan protokol ActivityPub ini, orang bisa membuat sosial media sendiri. Termasuk juga dengan pengaturan kebijakan yang bisa ditentukan sendiri oleh pengguna sebagai pemiliknya, asalkan pengguna itu telah memiliki akun di server seperti mastodon dan lainnya. Misalnya konten apa saja yang bisa diterima ataupun tidak.
Pendekatan bahwa pengguna bisa membuat versi media sosialnya sendiri ini memungkinkan pengguna memiliki peran yang jauh lebih besar atas kebijakan sosial media tersebut. Sementara Twitter akan nampak tidak lagi menjadi sebuah perusahaan dengan pusat kontrol mutlak. Sisi kritisnya, tentu saja, bahkan pola komunikasi dengan protokol seperti ActivityPub, tetaplah bersifat tersentralisasi.
Masih belum ada keterangan resmi apakah Jack dalam gagasannya lebih cenderung untuk menggunakan atau merangkul standar protokol ActivityPub, atau membuat sebuah protokol yang baru. Salah satu petunjuk yang sempat dibicarakan juga dalam ciutan Jack, adalah menyoal teknologi dari Bitcoin.
Antara teknologi Bitcoin dan Mastodon tentu saja berbeda. Di Mastodon, siapapun dapat menaruh hosting server Mastodon mereka. Dengan kapabilitas untuk mengirim email ke server berbeda. Sementara, konektivitas server itu juga tetap memainkan peranan penting dalam aktivitasnya. Sedangkan Bitcoin dapat dijalankan oleh siapapun melalui tipologi jaringan secara peer-to-peer.
Sementara blockchain Bitcoin yang terdistribusi tersebut menjadi dasar pijakan bagaimana desentralisasi Bitcoin bisa dicapai. Ide Jack, nampak akan banyak berkutat pada dua opsi besar tersebut. Seperti apa yang lebih diinginkan oleh CEO Twitter, sementara ini memang masih sebatas lemparan ide saja.