Bitcoin Bukan Ancaman Bagi Perbankan – Tidak Ada Hal Yang Cukup Signifikan Dapat Mengganggu Perbankan
Bitcoin Bukan Ancaman. Saat ini, perkembangan Bitcoin makin populer. Bitcoin bahkan menjadi bahan eksperimen yang menarik, mencoba melihat apakah kehadiran dan eksistensi Bitcoin ini dapat mengancam sistem perbankan atau tidak. Salah seorang analis dari City Research melakukan penelitian dalam hal ini. Hasilnya, Bitcoin bukan ancaman bagi perbankan. Justru sebaliknya, Bitcoin akan menjadi peluang baru bagi perbankan.
Paul Vigna dari WallStreet Journal menuliskan hasil laporan penelitian tersebut di Wall Street Journal pada tanggal 30 Juni 2016 kemarin. Ia menuliskannya berdasarkan dari hasil laporan yang ditulis oleh Keith Horowitz, Adrien Porter, Frieda Liao, dan juga Michel Cronin. Dan mereka adalah dari tim peneliti Citi Research. Pada laporan hasil penelitiannya, menerangkan bahwa Bitcoin pada dasarnya adalah sebuah proof-of-concept yang telah cukup berhasil dari sebuah mata uang digital.
Hasil laporannya ditulis dalam tiga bagian yang berbeda. Satu topik umum yang ditulis adalah dengan mengamati penggunaan jaringan peer-to-peer yang digunakan untuk mentransfer nilai dengan sejumlah isu tentang skalabilitas, adopsi jaringan, dan kurangnya kerangka hukum dalam penyelesaian sengketa transaksi.
Dan hasilnya, tim peneliti tidak melihat adanya peningkatan yang cukup substansial dalam Bitcoin atas sistemnya. Namun dalam hal ini, ada kenyataan bahwa para antusias Bitcoin yang seringkali mengejek sistem pembayaran konvensional yang ada pada perbankan.
Dan satu-satunya hal yang paling membedakannya dengan Bitcoin adalah karena sistem pembayaran konvensional adalah terpusat. Sistem pembayaran terpusat tersebut telah banyak memberikan pengalaman yang relatif lebih baik bagi kebanyakan orang selama ini.
Hal tersebut menjadi persoalan bagi Bitcoin. Tim peneliti melihat bahwa sebagian besar konsumen di negara maju tidak begitu peduli dengan manfaat desentralisasi dan anonimitasnya. Yang dilihat konsumen adalah bagaimana itu dapat digunakan, dan mudah. Sementara, selama ini belum ada satu industri di Bitcoin, yang membuat sebuah “killer app”.
Pada komunitas Bitcoin terdiri dari berbagai segmen yang beragam, ada yang extreme, dari enterpreneur, spekulan, dan juga lainnya. Pada momen Brexit kemarin, banyak komunitasnya yang mendengungkan Bitcoin sebagai sebuah emas digital baru.
Dalam hal ini, tim peneliti tidak bermaksud untuk mencoba mengatakan tidak ada guna di Bitcoin, karena justru mereka cukup tertarik di dalamnya. Terlebih bagaimana teknologi yang mendasari mata uang berbasis kriptografi seperti Bitcoin ini. Dan kenyataannya mereka juga melihat banyak perbankan yang cukup antusias terhadap teknologi ini.
Banyak perbankan juga telah bergabung di konsorsium R3, yang bertujuan untuk membangun sistem perbankan berbasis teknologi Blockchain. Mereka juga telah berusaha membangun dan melakukan uji coba Citicoins, yang dibangun sebagai sebuah mata uang digital.
Di bulan Maret sebelumnya, para peneliti juga pernah menulis di dua surat kabar. Mereka menyimpulkan bahwa teknologi blockchain memiliki potensi, meski masih jauh dari adopsi. Sedangkan di bulan Januari, tim peneliti ini juga pernah menulis dalam sebuah makalah bahwa teknologi Blockchain bahkan punya potensi yang membuat bank akan nampak menjadi “dumb pipes”, membisu dalam kemampuannya untuk mentransfer uang. Meski begitu, bank masih memiliki daya untuk coba mempertahankannya.
Peneliti juga menggambarkan bagaimana potensi Bitcoin, dan mungkin lebih jauh dari itu. Mereka melihat pada tiga startup yang menarik, seperti Circle, BitPesa, dan juga Abra. Ketiga startup tersebut mempunyai ruang yang sedikit berbeda satu sama lain. Circle membangun aplikasi pembayaran seperti sebuah jejaring sosial. Abra membangun aplikasinya untuk inklusi keuangan. Sedangkan BitPesa fokus pada pentransfer uang, namun saat ini lebih fokus untuk membangun jaringan-jaringan bisnis pembayaran.
Berdasarkan hal itu, peneliti mengakui bahwa wilayah inklusi keuangan menjadi kesempatan dan peluang terbaik mata uang digital seperti Bitcoin dan yang lainnya. Meski demikian, wilayah tersebut masih menjadi segmentasi pasar dengan akses yang terbatas, jika dibandingkan dengan layanan keuangan konvensional.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tidak menemukan ancaman yang signifikan terhadap perbankan yang ditimbulkan oleh Bitcoin dan sejenisnya. Sebaliknya, peneliti justru menuliskan, “Kami melihat bank sentral mengeluarkan mata uang digital sebagai ancaman yang signifikan terhadap peran bank sentral itu sendiri dalam sistem pembayaran,” tulisnya.
Ditulis oleh : Paul Vigna di Wall Street Journal
Tanggal 30 Juni 2016