BitcoinMedia – ProgPoW Ethereum. Sejak pertama kali diusulkan pada bulan Juni 2018 silam, rencana ProgPow Ethereum pada akhirnya menyepakati untuk mengganti algoritma mining Ethash yang berlaku sampai saat ini. ProgPoW ini dirancang dengan inisiatif untuk proteksi perangkat mining berbasis ASIC.
Di sekitar bulan Oktober 2018, ekosistem pertambangan Ethereum mulai waspada ketika pada awal bulan April di tahun yang sama Bitmain mulai merilis resmi chip Antminer E3. Perangkat ASIC besutan Bitmain itu memang dirancang khusus untuk bisa menambang Ethereum.
Harga Antminer E3 saat itu hanya dibandrol dengan harga USD 800 saja. Atau berkisar kurang lebih Rp. 11,5 juta di kurs saat itu. Sedikit mengherankan memang, lantaran platform Ethereum sejak awal diperkenalkan sebagai sebuah platform yang ASIC Resistance (anti ASIC).
Kenyataan terbukti terbalik. Di sepanjang bulan September 2018, mulai banyak penambang Ethereum yang mulai merugi. Hingga banyak dari para penambang itu mulai beralih menambang varian Altcoin lain.
Ada dua penyebab utamanya saat itu. Pertama karena mulai berlaku pengurangan block reward yang dimasukkan lebih cepat dari yang direncanakan bulan Oktober. Dan kedua adalah karena sudah banyak penambang lain yang menggunakan ASIC untuk menambang Ethereum.
Atas dasar itulah mungkin slogan yang selama ini digembar-gemborkan bahwa Ethereum ASIC Resistance pada akhirnya membutuhkan sebuah pengembangan baru. Hingga kemudian muncul inisiatif ProgPoW. Usut punya usut, inisiatif dibalik ProgPow ini pun meninggalkan sekian banyak tanda tanya besar.
Apa itu ProgPoW?
ProgPoW adalah singkatan dari “Programmable Proof of Work”, dan ada juga yang menyebut dengan “Progressive Proof of Work”. ProgPow ini diperkenalkan pertama pada bulan Juni 2018 oleh Kristy-Leigh Minehan dari Core Scientific. Perusahaan Core Scientific itu adalah salah satu perusahaan berbasis Blockchain dan AI yang dikomandoi oleh mantan COO Microsoft, B. Kevin Turner.
Ketika ASIC mulai bisa menembus ekosistem pertambangan Ethereum, maka sebagian besar komunitas Ethereum juga banyak menganggap bahwa ProgPow bisa mengatasai masalah perangkat ASIC.
Secara singkat, ProgPoW diharapkan bisa mengoptimalkan algoritma Ethereum. Sehingga GPU bisa digunakan untuk melakukan pertamtambangan sesuai dengan kapasitasnya. Sementara disisi lain menjadi tidak menguntungkan untuk perangkat ASIC.
ProgPoW menjadi tidak menguntungkan karena disebut memiliki fitur “random mass”. Fitur ini akan merubah algoritma setiap rentang waktu 12,5 menit. Oleh sebab itu pihak pengembang ini menyebutnya dengan sebutan Programmable proof of work. Alasannya sederhana, karena dengan itu perangkat GPU bisa diatur sedemikian rupa secara cepat dengan algoritma yang selalu berubah.
Jika dibandingkan dengan ASIC, maka relatif akan membutuhkan pemprograman ulang secara manual. Dan proses tersebut akan berlaku lebih mahal. Disebut mahal, karena penambang justru akan kehilangan waktu sebagai momentum pertambangannya.
Kritik Terhadap ProgPoW Ethereum
Iklim ekosistem pertambangan cryptocurrency, terutama pada era Bitcoin, memegang peranan penting dalam hal membentuk skala ekonomi komunitasnya. Ekosistem pertambangan pada akhirnya memang akan menciptakan iklim yang kompetitif.
Kompetisi tersebut jelas termasuk juga pada soal efektifitas, evolusi, perkembangan perangkat pertambangan, yang diharapkan menciptakan laju evolusi dan tata kelola kripto lebih kompetitif pula. Perkembangan teknologi juga relatif akan berjalan maju ke depan, tidak berjalan mundur.
Begitupun juga dalam hal perkembangan perangkat pertambangannya. Mau tidak mau, evolusi perkembangan perangkat pertambangan di Bitcoin, secara tidak langsung telah membuka evolusi perangkat pertambangan.
Evolusi perangkat pertambangan memang sudah berjalan, menjadi kian efektif, efisien, lebih hemat energi, dan tetap kompetitif. Disebut tetap kompetitif karena penambang kecil tetap bisa berpartisipasi sesuai kapasitasnya. Sementara iklim kompetitif tetap diharapkan bisa berjalan lebih sehat.
Persoalan memang muncul karena ada monopoli besar perangkat pertambangan oleh perusahaan mining besar seperti Bitmain. Lambat laun, hal itupun kemudian berangsur mulai berkompetisi dengan lebih natural ketika mulai banyak varian vendor perangkat ASIC lain yang bermunculan.
Di sisi lain, evolusi perangkat pertambangan pada akhirnya akan menciptakan para penambang besar dan penambang kecil. Hal semacam ini memang tidak mungkin bisa dihindari. Tidak mungkin akan ada ekosistem pertambangan yang berjalan jauh lebih egaliter, atas dasar apapun. Pada akhirnya kompetisi itu akan selalu memunculkan para penambang skala besar dan kecil.
Sementara di hal lain dalam cara pandang penambang, tentu saja tidak mungkin akan berpartisipasi jika kalkulasi biaya mining mulai pembelian perangkat, biaya listrik, koneksi, menjadi tidak seimbang dengan perolehan keuntungan yang tidak memadai.
Semua hal yang berkaitan tersebut membentuk relasi-relasi penting dalam ekosistem pertambangan dengan ekonomi kripto itu.
Mengapa Tidak Bisa Hanya Bergantung Kepada GPU?
Arsitektur prosesor GPU bekerja jauh berbeda dengan struktur logik seperti di ASIC ataupun FPGA. Dalam logika biner, prosesor bekerja dengan bereaksi terhadap input 0s dan 1s tertentu, lalu memberikan output berdasarkan hasil sebuah keputusan.
Keputusan itu hanya akan terjadi dalam serangkaian proses yang disebut dengan logic gate. Sementara masing-masing logic gate ini dalam sebuah prosesor membutuhkan satu transistor dengan input dan output yang ditentukan secara berbeda, dengan operasional yang berbeda pula.
Kerja logic gate prosesor ini untuk bekerja bersama dalam membuat satu keputusan menggunakan operator logik, sesuai dalam sistem aljabar. Agar prosesor mampu melakukan perhitungan yang lebih kompleks, presentasi operasionalnya akhirnya dibuat, dengan pola arsitektur sinstruksi CPU dan GPU. Sedangkan metode ini juga memiliki kelemahan.
Kelemahan itu tidak lain karena setiap instruksi yang masuk perlu terbaca terlebih dahulu, jika telah seselai, hasil itu dituliskan di tempat lain agar kemudian bisa diteruskan. Proses ini membutuhkan waktu yang lebih panjang dibanjikan operasi logik yang lebih instan menggunakan sel logika dari ASIC.
Sel logika ASIC ini diimplementasikan secara elektronis menggunakan jutaan transistor. Sehingga operator logika biner yang dilakukan satu operasi khusus saja, namun dapat berjalan jauh lebih cepat. Jika komponen minimum pembentuk ASIC ini diubah, maka seluruh strukturnya sudah menjadi tidak berguna.
Dengan spesifikasi yang lebih khusus itu, ditambah dengan pola POW, adalah tetap menjadi satu algoritma pertambangan yang paling kokoh dan kuat. Menegasikan perkembangan jaman adalah kemustahilan. Mengandalkan GPU saja jelas bukanlah sebuah jalan yang terbaik, sebab perkembangan jaman akan selalu bergerak lurus maju ke depan.
Kontroversi Perusahaan Besar Di Balik Rencana ProgPoW Ethereum
Alih-alih untuk mengatasi masalah ASIC, namun dibalik rencana ProgPoW Ethereum justru dibayang-bayangi dengan kontroversi perusahan raksasa besar. Nama pengembang ProgPoW, Kristy-Leigh Minehan dari Core Scientific sebelumnya pernah bergabung di Genesis Mining di bulan September 2015.
Wanita asal Australia ini mengaku sendiri bahwa 90 persen pekerjaannya adalah dalam hal pengembangan AMD. Secara personal dia telah banyak berelasi dengan Nvdia, AMD, Genesis Mining, maupun produsen GPU lainnya.
Di penghujung tahun 2018 silam, perusahaan Core Scientific tempat Kristy-Leigh Minehan bekerja telah mendapat duntikan dana investasi senilai USD 250 juta. Sementara pendanaan itu di peroleh dari hasil investasi Tripoint Global Equitis LLC yang bertempat di New York, Amerika Serikat.
Dari sumber yang diungkap oleh ZeroNoncense, Tripoint Global Equities LLC ini pernah beberapa kali terlibat skandal. Temuan dari ZeroNoncense ini memang cukup luar biasa, terutama terkait dengan beberapa skandal yang melilit Tripoint Global Equities LLC. Beberapa skandal itu termasuk Hamilton Play Ticket Scheme di tahun 2016, tuntutan penipuan di bulan November 2012, tuntutan FINRA di tahun 2018, kembali tuntutan yang sama dari FINRA tahun 2019.
Yang paling mengejutkan adalah bahwa perusahaan Core Scientific sendiri sudah menjalin kerjasama dengan salah satu perusahaan blockchain cloud hosting computing bernama Squire Mining. Kerjasama antar kedua perusahaan itu mulai terjalin di awal bulan Juni 2019 yang lalu.
Sementara di Sqaire Mining itu, Calvin Ayre memiliki saham sekitar 827 juta saham di perusahaan tersebut. Siapa sebenernya Calvin Ayre? Calvin Ayre adalah pengacara khusus Faketoshi (aka Craig Wright) dalam kasus melawan David Kleiman. Inisiatif untuk bisa mengatasi masalah perangkat ASIC, justru akan beralih menjadi masalah besar, jika ternyata perusahaan-perusahaan besar seperti AMD, Nvidia, vendor GPU lain, Core Scientific, Squire Mining, dan termasuk Calvin Ayre akan bisa menjadi lebih terpusat.