Setelah mendapatkan sambutan luar biasa dari komunitas cryptocurrency, kini Achain mulai jalankan Galaxy. Penyedia teknologi blockchain asal Singapura, Achain, implementasi Galaxy tersebut sebagai fase kedua pengembangan fitur mereka. Tahun 2018 adalah momen penting bagi Achain dalam melakukan update besar-besaran di jaringan blockchain. Di tahapan Galaxy, Achain akan membuat sistem blockchain yang saling terhubung. Sistem itu akan memperkuat penggunaan Achain untuk kalangan pribadi dan korporat.
Pada fase kedua ini, blockchain Achain akan terbagi menjadi beberapa sub-chain untuk memenuhi kebutuhan yang lebih spesifik di dunia nyata, seperti penerapan di bidang asuransi, dokumentasi elektronik, penyelidikan rekaman data dan pemeringkatan kredit di industri keuangan. Parameter keberhasilan sub-chain itu sangat ditentukan dengan tiga syarat pada jaringan blockchain Achain itu sendiri, yakni saling terkoneksi, berbiaya rendah, mudah digunakan dan beragam pilihan.
Demikian disampaikan Tony Cui pendiri Achain melalui WeChat, Sabtu, 5 Mei 2018. Komunitas pendukung Achain kian membludak sejak beberapa bulan terakhir, seiring dengan peningkatan teknologi yang dimilikinya. Pada 28 April 2018 lalu, misalnya Achain menyelenggarakan Achain Meetup di Medan, sebagai upaya sosialisasi Achain kepada masyarakat Indonesia.
“Sejak 19 Maret 2018 hingga detik ini, tren harga Achain (ACT) di Coinmarketcap.com naik sangat signifikan. Saat ini Achain menempati peringkat ke-114 di Coinmarketcap.com dengan harga setara dengan Rp5.000 per ACT. Harga itu diikuti dengan besaran kapital pasar (market capital) mencapai Rp2,4 triliun. Pada 19 Maret 2018, ACT sempat menyentuh 0,13 USD per ACT. Namun, pada 2 Mei 2018 harganya sempat terkerek hingga 0,39 USD per ACT,” tulis Cui bersemangat.
Cui menjelaskan pada capaian fase pertama, yakni Singularity Phase, Achain telah berhasil membangun jaringan blockchain yang stabil dan aman. Jaringan Achain telah terbukti sangat efisien pada tatkala transaksi sedang padat-padatnya, di mana jumlah transaksi yang dapat diproses setinggi-tingginya 1.000 transaksi per detik. Kami pula telah meniadakan beragam bug dan galat (error) di transaksi ACT dan token lain yang menggunakan blockchain Achain.
“Sementara itu LVM (Lua Virtual Machine), yang merupakan satu dari sekian banyak fitur penting di Achain, saat ini berjalan lebih mulus dan eksekusi smart contract pun lebih stabil. Selain itu lapisan kedua cache (penyimpanan data sementara) pun telah ditambahkan untuk mencegah dampak negatif ketika transaksi memuncak tinggi,” kata Cui.
Pada fase pertama itu pula, Achain telah mampu menanamkan kemampuan multi-asset apparatus untuk meningkatkan kecepatan transaksi. Fitur uji coba pembuatan token pun telah ada, termasuk merilis versi ringan Achain Wallet. Versi wallet ini tak lagi mewajibkan pengguna menyelaraskan semua data blockchain Achain, yang terkadang menyulitkan pengguna yang memiliki koneksi Internet kurang stabil.