Internet Of Trust – Artikel Di Majalah IMF Juni 2016 Tentang Bitcoin Dan Teknologi Blockchain
Internet of Trust. Tulisan ini termuat pada majalah tiga bulanan IMF, Finance & Development di edisi bulan Juni 2016. Artikel yang berjudul “Internet of Trust” ini, ditulis oleh Andreas Adriano dan Hunter Monroe.
Tentang kedua penulis artikel tersebut, Andreas Adriano adalah Senior Communications Officer di Departemen Komunikasi IMF. Sedangkan Hunter Monroe adalah Senior Economist di Monetery and Capital Markets Department IMF.
Jika anda pernah membaca tulisan yang pernah termuat di The Economis dengan judul “The Promise of The Blockchain: The Trust Machine“, maka artikel Internet of Trust akan menjelaskan dengan lengkap bagaimana tentang Bitcon dan teknologi Blockchain.
Paparan yang dikemukakan oleh kedua penulis ini bersifat laporan yang cukup komprehensif. Baik dari sisi manfaat, dan juga potensinya sebagai teknologi disruptive, yang sering kali muncul dan kita dengar. Kedua penulis nampak dengan penuh kehati-hatian menjelaskan manfaat teknologi ini. Dan juga, tapa mengecualikan paparan bagaimana teknologi tersebut akan membawa dampak dan implikasi yang mungkin dapat mengganggu (disruptive) industri jasa keuangan sendiri.
Digambarkan pada pembuka di artikel itu tentang sistem tunai (cash). Sistem tunai atau cash dimaksudkan untuk mempermudah proses transaksi antar penjual dan pembeli, dari satu orang ke orang lain.
Dengan sistem tunai ini kita bisa dengan mudah saling memindahkannya dari satu orang ke orang lain untuk dapat menerima sesuatu, baik berupa barang ataupun hal lain. Meskipun tanpa harus mengetahui nama orang per orang, alamat, nomor telepon, informasi tanggal lahir, berapa gaji yang didapat, ataupun hal lainnya. Sehingga sistem tunai ini dapat berfungsi menjadi unit penghasil trust secara instan dalam transaksi antara penjual dan pembeli.
Namun persoalan terbesarnya adalah sistem tunai menjadi tidak praktis jika harus dipindahkan dalam jumlah yang cukup besar. Sedangkan untuk membangun kepercayaan yang bersifat instan dari sistem tunai ini, tentu akan menjadi hal yang cukup rumit, juga membutuhkan biaya yang mahal.
Misalnya saja jika kita menengok pada kartu kredit dan debit. Kedua kartu itu meminta pengguna untuk melampirkan banyak sekali pertanyaan dan informasi yang dibutuhkan. Selain itu, keduanya juga membutuhkan infrastruktur yang rumit dan mahal. Agar transaksinya dapat berjalan dengan cepat, aman, dan bisa diandalkan.
Sementara, pada fitur transfer lokal antar bank, ataupun transfer antar bank secara global dan internasional, dapat memakan waktu yang lebih lama, bahkan hingga beberapa hari. Hal tersebut, kadangkala masih membutuhkan beberapa elemen atau lembaga lain, seperti notaris, sekuritas dan yang lainnya pada transaksi tertentu. Hingga kemudian muncullah mata uang digital berbasis kriptografi seperti Bitcoin dan teknologi Blockchain.
Mata uang digital seperti Bitcoin muncul dan menawarkan sebuah teknologi yang mampu membuat kerumitan itu menjadi lebih simpel dan bahkan lebih murah. Sebelumnya, mata uang digital banyak dikenal karena potensinya sebagai sebuah skema ponzi, atau potensi untuk melakukan tindak penipuan. Sementara Bitcoin dan teknologi Blockchain menjadi pembeda. Teknologi dan fungsinya, mampu berperan melakukan fungsi-fungsi dalam sektor keuangan.
Dalam hal ini, kedua penulis tidak berusaha menunjukkan teknologi Blockchain menjadi sebuah pesaing bagi dunia perbankan. Pada tulisannya, dia juga menjelaskan bahwa pada dasarnya, teknologi tersebut “dibuat untuk menghindari bank”.
Selain itu, ada juga beberapa hasil wawancara beberapa nara sumber terkait dengan hal tersebut. Kebanyakan dari hasil wawancara itu, juga mengeluarkan pendapat yang sama. Bahwa bank-bank lain tidak merasa mendapat bahaya dari Bitcoin maupun teknologinya (Blockchain).
Misalnya saja pendapat dari Christine Lagarde, Managing Director di IMF. Ia menerangkan, “Mata uang virtual dan teknologi yang mendasarinya dapat memberikan kecepatan dan biaya yang lebih murah untuk jasa keuangan. Dapat menjadi alat yang ampuh untuk memperdalam inklusi keuangan di negara berkembang,” terangnya.
Secara keseluruhan, artikel ini akan memberikan kenyataan yang berbeda dari kebanyakan hal yang mungkin kita dengar sebelumnya, bahwa Bitcoin dan teknologi dibelakangnya lebih banyak dikaitkan dengan hal yang negatif saja.