Beberapa Hal Yang Perlu Diketahui Tentang Bitcoin – Tanggapan Pernyataan MUI Malang
Tanggapan Pernyataan MUI Malang. Terkait dengan pernyataan MUI Malang di media harian JawaPos Radar Malang tersebut, Edukasi Bitcoin (EB) ingin memberikan penggambaran tentang Bitcoin. Terutama, pada beberapa rangkuman yang menjadi dasar pernyataan MUI Malang tersebut. Berikut adalah tanggapan atas pernyataan MUI Malang dari Edukasi Bitcoin.
Bentuk dan nominalnya tidak jelas
Bitcoin, saat pertama kali di perkenalkan oleh seseorang dengan pseudonym “Satoshi Nakamoto”, adalah sebagai sebuah prosesor alat pembayaran elektronik yang menggunakan sebuah jaringan peer-to-peer. Tidak ada bedanya dengan sebuah prosesor pembayaran digital dan online seperti halnya pay pal, perfect money, atau yang lain.
Hanya di dalam Bitcoin, sistemnya dirancang sedemikian rupa, sehingga Bitcoin bisa berjalan tanpa harus tergantung pada sebuah institusi, lembaga keuangan, ataupun pihak ketiga manapun juga. Kita ambil contoh misalkan pada prosesor pembayaran paypal, artinya paypal adalah sebuah pihak ketiga yang dipercaya oleh penggunanya untuk bertransaksi. Sementara Bitcoin, meniadakan fungsi dan peran pihak ketiga tersebut. Sehingga transaksinya pun bisa dijalankan secara langsung orang per orang. Maupun antara penjual dan pembeli.
Pertanyaannya? Mengapa hal itu dilakukan? Karena dengan mengeliminir pihak ketiga tersebut, Bitcoin akan bisa menghilangkan ketergantungan tersebut. Pada dasarnya orang bisa secara langsung bertransaksi, melintas batas, melintas ruang wilayah, melintas perbedaan mata uang, dimanapun, dan kapanpun juga, menggunakan koneksi jaringan internet yang telah terhubung di dalam jaringan Bitcoin. Dengan biaya yang relatif lebih murah, lebih cepat tanpa harus menunggu beberapa hari untuk melakukan transaksi keluar negeri.
Dan ini menjawab berbagai tuntutan jaman. Perkembangan teknologi bisa mempercepat proses semacam ini. Berapa potongan atau biaya yang harus ditanggung pengirim untuk mentransfer ke rekening saudaranya di luar negeri? Berapa lama waktu yang dibutuhkan? Terlebih jika hal itu adalah kebutuhan yang cukup mendesak?
Bitcoin dengan teknologinya bisa menjawab hal itu semua, dengan biaya transaksi yang hanya beberapa rupiah, kurang lebih 500-600 rupiah… seseorang pun bisa mengirim uang keluar negeri manapun. Dengan waktu yang relatif lebih cepat, katakanlah paling lama 1 jam. Atau rata-rata waktu tercepat adalah 10 menit.
Ujungnya, ketika pihak ketiga ini sudah dihilangkan, harapannya tentu tidak menyisakan ruang bagi pihak-pihak tertentu itu untuk memanipulasi pengguna. Dan ini yang menjadi landasannya. Bahkan terbukti, hal ini bisa dilakukan. Bahkan pun bisa diterima dengan baik oleh pengguna Bitcoin, yang sebagian besar memang cukup dan paling tidak mengerti tentang teknologi dan informasi.
Bentuk Bitcoin karena sebagai sebuah alat pembayaran digital, tentu bentuknya juga merupakan sebuah obyek digital. Meskipun Bitcoin adalah obyek digital, namun bisa dilihat secara gamblang, bisa ditelusuri, bakan semua orang pun bisa melihat secara terbuka rincian transaksi mulai dari awal Bitcoin berjalan, hingga saat ini. Tidak ada satupun yang disembunyikan. Karena Bitcoin mempunyai sebuah rekaman atau buku pencatatan transaksi yang tersimpan dengan rapi, dikelola oleh partisan yang menjaga pencatatan buku transaksi itu. Dan semua orang pun bisa mengambil bagian di situ, tanpa terkecuali, tanpa memandang apapun.
Karana fungsi Bitcoin sebagai alat pembayaran, maka Bitcoin pun pada akhirnya mempunyai sebuah “NILAI”. Sedangkan Nilai inipun adalah murni dari pasar sendiri yang menentukan. Berdasarkan dari tingkat kebutuhan, banyaknya penawaran ataupun permintaan. Maka harganya pun menjadi fluktuatif. Jadi ketika ada sebuah pernyataan apakah Bitcoin mempunyai bentuk? Ya jelas mempunyai bentuk, yakni digital. Justru bentuk digital Bitcoin sangat transparan, bisa diakses oleh semua orang.
Negara manapun tidak mengakui jenis uang Bitcoin
Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa Bitcoin pertama kali dikenalkan oleh Satoshi Nakamoto (pseudonym), adalah sebagai alat pembayaran elektronik berbasis jaringan peer-to-peer. Dan sistem Bitcoin bisa berjalan tanpa harus bergantung pada lembaga manapun, ataupun institusi keuangan manapun. Wajar saja jika Negara manapun yang berniat untuk tidak mengakui Bitcoin.
Lalu karena pada akhirnya orang-orang (pasar) telah melekatkan “Nilai” yang telah disebutkan diatas, maka pada akhirnya pun Bitcoin memang punya sebuah karakter yang bisa berfungsi sebagai sebuah mata uang. Namun ini pun terserah juga pada pasar itu sendiri. Apakah mereka menganggap Bitcoin sebagai sebuah mata uang yang bisa menyimpan Nilai, ataukah mereka memanfaatkannya sebagai sebuah prosesor pembayaran digital yang lebih mudah dan cepat, dengan biaya yang lebih murah.
Bitcoin disusun menjadi sebuah sistem yang terdesentralisasi penuh, tanpa harus tergantung pada lembaga keuangan manapun. Dengan jaringan peer-to-peer itu, Bitcoin juga bisa melakukan transaksi orang per orang, secara langsung. Dan pada akhirnya ketika orang banyak yang mampu melihat potensi kemudahan, biaya yang murah, keamanannya yang terjaga, transparansi, orang pun makin banyak yang tertarik.
Bahkan, sejumlah lembaga, perusahaan, strartup, pemangku kebijakan, ilmuan, akademisi, media, telah banyak yang berusaha melihat teknologi yang mendasari Bitcoin ini. Ataupun berusaha untuk bisa mengadopsinya. Hanya di Indonesia saja yang memang masih alergi terhadap kemajuan teknologi dan masih belum bisa melihat potensi akan teknologi ini.
Sebut saja Jepang, China, Amerika sendiri telah banyak yang berusaha mengadopsi teknologi ini. Jepang bahkan membuat tim khusus untuk melakukan penelitian dan pengembangan terhadap teknologi yang awalnya menjadi marak diperbincangkan melalui Bitcoin ini. China bahkan berusaha untuk membuat aturan resmi, dan membuat sebuah mata uang digital juga. Bahkan negara sekeras Rusia pun berusaha untuk mengakrabkan diri dan berusaha agar bisa mengadopsi teknologi Blokchain “buku pencatatan transaksi”. Meski beberapa waktu sebelumnya, Rusia cukup gencar untuk melarang secara resmi peredara mata uang virtual di negeri tersebut.
Di Amerika dan Eropa, parlemen di sana pun mulai banyak yang membuat agenda hearing untuk bisa mengetahui lebih jauh tentang Bitcoin dan teknologinya. Telah banyak yang berusaha untuk bisa menangkap potensi akan hal ini. Justru kitalah yang sebenarnya seakan menutup diri rapat-rapat, alergi terhadap kemajuan teknologi yang semestinya bisa membantu banyak hal. Sistem keuangan yang miskin inovasi atau bahkan sudah tertinggal jauh, sehingga menjadi cukkup enggan untuk melakukan pengembangan lebih jauh.
Bagaimana jika Bitcoin tidak diakui oleh Negara? Bitcoin pada dasarnya tidak membutuhkan pengakuan dari manapun. Bitcoin tidak juga membutuhkan institusi manapun. Pada dasarnya terserah pada negara itu sendiri yang menilai. Apakah mereka bisa menerimanya dengan segala hal yang melingkupinya ataupun tidak. Apakah mereka bisa dan mampu melihat potensi yang bisa dimanfaatkan dan mungkin akan lebih banyak membantunya atau tidak. Bitcoin pun akan terus berjalan dan bergulir. Karena Bitcoin hanya bagi mereka yang mengkehendakinya saja. Toh juga Bitcoin ditentukan oleh pasar itu sendiri. Murni ditentukan oleh pasar, tanpa ada yang mengatur.
Apakah memungkinkan sistem tanpa ada yang mengatur itu bisa berjalan? Buktinya bisa, dan sampai saat ini juga masih ada. Bahkan malah banyak yang berusaha mengadopsi teknologinya.
Berpotensi besar terjadi transaksi ghoror (penipuan).
Terkait hal ini, justru sangat berlawanan. Sistem bitcoin telah disusun sedemikian rupa agar transaksi bisa berjalan dengan aman, sejelas dan setransparan mungkin. Diamankan dengan sebuah teknologi yang menggunakan cabang ilmu kriptografi. Sehingga kontrol penuh hanya akan dijalankan oleh pemiliknya sendiri.
Akan sangat sulit bagi seseorang yang hendak memanipulasi Bitcoin. Karena buku pencatatan transaksi itu telah tersimpan dengan rapi, dengan validitas yang terjaga, dan keamanan yang cukup memadai. Hingga bertahun-tahun, berpuluh tahun kedepan pun transaksi itu akan tetap tersimpan.
Terkait dengan transaksi ghoror ataupun penipuan, hal ini perlu dijelaskan lebih jauh. Pada kasuistis yang seperti apa? Jika misalkan seseorang berusaha memanipulasi sebuah transaksi orang per orang katakanlah begitu. Hal itu tidak bisa dilakukan. Justru Bitcoin mampu dan bisa menanggulangi hal itu. Apakah misalkan sebuah perusahaan yang berusaha menipu pengguna Bitcoin? Maka itu bukanlah Bitcoin yang menyebabkan hal itu terjadi. Itu murni karena ulah perusahaan tersebut karena dia lebih leluasa memanipulasi sistem konvensional yang ada.
Namun di dalam Bitcoin, justru bisa meminimalisir penipuan tersebut. Karena sebetulnya Bitcoin sudah bisa mengeliminir peran-peran pihak ketiga itu sebetulnya. Antara transaksi orang per orang? Mana bisa transaksi orang per orang ada manipulasi di dalam Bitcoin? Tidak bisa, dan cukup mustahil bisa dilakukan. Mengapa Edukasi Bitcoin melihat celah penipuan itu pada pihak ketiga? Karena memang celahnya di pihak ketiga tersebut, yang lebih memungkinkan melakukan penipuan. Jika transaksi itu bisa dilakukan secara langsung orang per orang, di dalam Bitcoin tidak bisa dimanipulasi. Cukup sulit, dan mungkin hampir tidak bisa dilakukan. Karena keamanannya justru cukup baik.
Tentang bagaimana Bitcoin bisa menjauhkan dari semua bentuk ketidak jelasan yang dimaksud, maka anda harus memahami proses dan cara kerja Bitcoin. Semua orang pun bisa mempelajarinya, bahkan sistem Bitcoin pun bersifat OpenSource, bisa dikembangkan lebih jauh, bisa dilihat dan dipelajari secara publik, dan sangat transparan. Tinggal orang mau melihat dan belajar apa tidak, itu saja.
Jika di pemuatan harian JawaPos Radar Malang kemarin disebutkan kalau sumber uang di dalam Bitcoin tidak jelas, sebetulnya malah cukup jelas. Hanya saja orang tidak banyak yang melek teknologi sehingga hal ini seakan-akan tidak bisa dipahami dengan jelas. Bitcoin baru bisa diciptakan melalui proses pertambangan. Istilah “pertambangan” ini seperti halnya pertambangan emas atau yang lain. Hanya saja, Bitcoin karena obyek materialnya adalah digital, maka pertambangan inipun dilakukan secara digital.
Prosesnya adalah, dilakukan dengan memecahkan puzzle secara matematis. Orang yang berhasil melakukan pertambangan dengan memecahkan puzzle secara digital ini, selanjutnya akan memperoleh reward. Mengapa begitu? Karena proses ini sebetulnya adalah proses validasi semua transaksi yang terjadi di dalam jaringan Bitcoin, dan sekaligus proses inipun juga berfungsi untuk menciptakan Bitcoin baru.
Mereka juga bisa mendapatkan reward dari biaya transaksi itu juga. Sehingga jelas asal muasal uang yang didapat dari pertambangan ini, bahkan tercatat, tervalidasi, dan tersimpan dengan rapi, hampir tidak mungkin orang untuk memanipulasinya.
Bahkan jumlah-jumlah Bitcoin baru yang bisa diciptakan inipun telah terkontrol dengan baik. Semua orang bisa menyaksikannya secara terbuka, dan melihat sendiri berapa Bitcoin yang telah diciptakan detik demi detiknya dalam proses pertambangan ini. Jika ini dikatakan tidak jelas maka justru hal itu salah besar.
Kita justru tidak bisa melihat secara jelas berapa duit kertas yang telah diciptakan sepanjang periode waktu tertentu, selain pihak yang berwenang atas itu. Disinilah justru letak transparansi dasar Bitcoin dan sistemnya, sangat terbuka dan transparan. Semua orang bisa menciptakan, semua orang bisa berpartisipasi untuk membuat Bitcoin baru, namun tetap terukur.
Investasi Dengan Resiko Tinggi
Mengapa Bitcoin dilekatkan dengan sebuah istilah “INVESTASI”? Sekali lagi, ini karena pemahaman yang banyak muncul dipermukaan. Edukasi Bitcoin melihat hal ini sebagai sebuah hal yang keliru dalam memahami Bitcoin.
Jika memang Bitcoin dianggap menguntungkan karena ada sebuah fluktuasi harga di pasar lalu kemudian orang memanfaatkan hal itu sebagai sebuah instrumen untuk mengambil keuntungan, maka itu adalah ruang personal orang itu sendiri. Dan Bitcoin kenyataannya memang demikian. Karena memang harga Bitcoin menjadi fluktuatif. Dan sekali lagi, naik turunnya harga Bitcoin, juga murni ditentukan oleh pasar itu sendiri.
Ketika kemudian Bitcoin makin populer, makin banyak perusahaan yang mengambil momen terhadap hal ini, dan merekapun lalu banyak yang menjadi reseller Bitcoin (exchanger), ada yang menjual alat-alat untuk menambang Bitcoin, ada yang membuat aplikasi untuk bisa dipakai di handphone, dan lain sebagainya.
Pengguna Bitcoin lebih banyak yang menggunakannya sebagai sebuah alat untuk mentransfer nilai sebenarnya. Lalu jika ada yang melihat Bitcoin sebagai sebuah investasi yang menguntungkan, misalnya karena harganya yang fluktuatif, itu juga terserah pada pengguna itu sendiri.
Lalu bagaimana dengan resiko? Resiko ya sama halnya ketika kita membawa uang kertas di dalam tas di jalan raya. Jika kita telah menyiapkan pengaman yang memungkinkan orang kesulitan untuk mencuri uang kita, tentu uang tersebut tidak akan hilang. Begitupun dengan Bitcoin, pemiliknya sendiri yang memegang kontrol atas Bitcoin miliknya. Mereka pun juga berusaha untuk mengamankan kepemilikan Bitcoinnya.
Jika terkait apakah Bitcoin aman? Justru cukup aman. Lihat dan pelajari sendiri bagaimana Bitcoin bisa dikatakan aman.
Tidak Ada Otoritas Formal Yang Mengawasi
Hal ini terkait dengan penjelasan di awal, Bitcoin adalah terdesentralisasi. Bitcoin bisa dilakukan tanpa harus bergantung pada pemangku kebijakan. Atau katakanlah lembaga keuangan atau pemerintah sekalipun. Mengapa begitu? Karena memang sistemnya sudah dibuat sedemikian rupa.
Pengguna Bitcoin pun bisa dengan mudah bergabung tanpa membutuhkan sebuah identitas apapun. Namun itu bukan berarti tidak bisa dilacak. Salah besar, justru Bitcoin cukup transparan dalam mencatat transaksinya. Hanya karena Bitcoin memang tidak membutuhkan identitas apapun memang. Identitas itu diganti dengan sebuah deret Base58 yang mungkin tidak akan bisa terbaca secara normal oleh manusia. Karena identitas itu terdiri dari deret huruf dan angka-angka.
Mengapa begitu? Karena itu justru lebih memudahkan dalam menjaga tingkat keamanannya. Jadi bukan tanpa alasan hal ini dilakukan.
Belum Ada Keuntungan Berinvestasi Dengan Bitcoin
EB berani mengungkapkan bahwa jika ada pendapat yang mengatakan Bitcoin tidak ada manfaat, maka itu salah besar. Coba bayangkan jika seseorang, lebih leluasa mengirimkan sejumlah uang kenegara manapun tanpa harus dibebani dengan biaya yang mahal, dengan tempo waktu yang relatif lebih murah, dengan tingkat keamanan yang memadai? Apakah itu tidak bisa dilihat sebagai sebuah manfaat yang cukup besar bagi pengembangan sistem keuangan?
Lalu bagaimana dengan persepsi belum ada keuntungan berinvestasi? Itu sekali lagi haruslah dilihat dari motif orang itu sendiri, atau paling banyak adalah perusahaan sendiri. Katakanlah sekarang telah ada sebuah teknologi yang telah terbukti dan mampu menangani transaksi dengan cepat, murah, dan cukup aman. Jika mereka mampu melihatnya sebagai sebuah peluang yang bisa diambil manfaat ya beruntunglah orang tersebut.
Buktinya, telah banyak yang memanfaatkan teknologi ini. Sony Education Foundation mengadopsi teknologi Blockchain untuk infrastruktur pendidikan, Disney juga mengadopsi teknologi blockchain untuk kalangan perusahaan mereka sendiri, ada juga yang mengadopsi teknologi blockchain untuk pengamanan sistem rekam medis di sebuah rumah sakit. Ada sebuah universitas yang mengadopsi juga teknologi blockchain untuk membuat sertifikasi cadangan lulusannya dalam bentuk digital, sehingga lebih bisa tersimpan dengan aman dan rapi.
Bahkan ada juga yang menerapkan teknologi Blockchain untuk mentransparansikan sistem Donasi. Sehingga keakuratan audit dana, pengeluaran, penerimaan dana juga tertata rapi, valid, tidak bisa dimanipulasi, dan bisa diakses oleh siapa saja, berapa sen pun yang diterima dan keluar, akan bisa dilacak secara terbuka. Maka, ini pun bisa menanggulangi penggalangan dana donasi abal-abal pada akhirnya.
Beberapa institusi perbankan besar dunia mulai tergabung dalam sebuah konsorsium khusus untuk melakukan pengembangan dan berusaha untuk mengadopsi teknologi Blockchain agar bisa diterapkan di institusi jasa keuangan. Sejumlah musisi luar negeri juga telah ada yang berusaha menjaga karya ciptanya dengan mengadopsi teknologi ini.
Belum lagi ada yang mengadopsi juga teknologi ini untuk melindungi karya digital, sehingga para fotografer, seniman lukis digital, bisa mengamankan hasil karya mereka. Sebuah kota di Swiss juga telah menerima pembayaran beberapa jasa publik menggunakan Bitcoin, dan masih banyak lagi yang lain.
Teknologi ini sebetulnya bisa diterapkan dalam banyak bidang. Misalkan saja di Indonesia, telah cukup banyak mengeluarkan rupiah untuk pesta demokrasi, sebut saja pemilu. Sayangnya itupun menggunakan bangunan IT yang kadang tidak bisa menjamin tingkat validitasnya. Jika teknologi ini diadopsi, maka akan bisa memangkas biaya yang cukup besar, bisa diakses secara publik, namun hampir tidak mungkin bisa dimanipulasi. Jika ada yang berhasil memanipulasi, maka pastinya orang itu adalah orang yang dengan kejeniusan tingkat tinggi.
Satoshi Nakamoto, di dalam membuat sistem Bitcoin, sejumlah Bitcoin miliknya pun masih ada hingga sampai saat ini. Dan tidak ada satupun yang bisa memindahkan, ataupun mengambil Bitcoin tersebut. Hal itu karena memang Bitcoin cukup aman, susah untuk dimanipulasi. Tidak bisa di tambal dengan transaksi yang palsu. Sekali sebuah transaksi itu tercatat sebagai sebuah transaksi yang valid, maka itu akan tersimpan dan tidak bisa rubah lagi.
Atau misalkan saja jika teknologi ini bisa diadopsi untuk sertifikasi tanah yang kadang banyak muncul kasus pertanahan di Indonesia. Ada yang mempunyai sertifikat yang sama pada satu obyek lahan yang sama. Sungguh ironis. Teknologi ini bisa memecahkan masalah tersebut, sehingga data digital ini tidak akan mampu dimanipulasi.
EB sempat bingung dengan pemberitaan yang termuat di JawaPos Radar Malang yang menyimpulkan pendapat tentang kaitannya dengan investasi ini. Salah persepsi, salah pemahaman, hingga sampai detik inipun, bisa disimpulkan masih banyak yang gagal paham dalam pemahamannya tentang Bitcoin.