Goldman Sachs resmi meluncurkan bitcoin derivatif hari Kamis kemarin (6/5/21). Langkah ini dilakukan lantaran permintaan pasar akan aset digital meningkat.
Rencana Goldman Sachs untuk bisa meluncurkan bitcoin derivatif ini sebenarnya sudah sejak tahun 2018 silam. Awalnya, banyak pihak sempat pesimis dengan upaya tersebut. Namun Marty Chaves, CFO Goldman Sachs sempat menepis pemberitaan bahwa pihaknya telah mengurungkan niatnya.
Berlanjut pada bulan April kemarin, Goldman Sachs kembali mempertegas rencananya. Saat memberikan komentar di media, pihak Goldman Sachs menyebut akan menawarkan investasi bitcoin dalam “spektrum penuh“. Maksudnya, investasi bitcoin yang dimaksud bisa dalam investasi fisik, produk bitcoin derivatif, ataupun sarana investasi tradisional lainnya.
Berlanjut hari Kamis, Goldman Sachs yang merupakan bank AS terbesar ke lima ini secara resmi membuka perdagangan bitcoin derivatif. Perdagangan ini dengan FDS (non-deliverable forward), intrumen derivatif berupa perdagangan mata uang berjangka, dalam jangka waktu tertentu dengan kurs yang telah ditentukan di awal. Fungsinya sebagai upaya pelindung nilai atau hedging. Pada Goldman Sachs, disebut dibayar secara tunai, seperti dikutip dari Reuters, (6/5/21).
Goldman Sachs melibatkan proses perdagangan bitcoin berjangka melalui CME Group dengan Cumberland DRW sebagai mitra dagangnya.
Bitcoin memang sudah masuk di arus utama ekonomi dunia. Sejumlah investor institusional sebelumnya sudah banyak yang mulai merambah aset digital kripto seperti bitcoin. Sebut saja seperti JPMorgan Chase bulan April lalu meluncurkan simpanan bitcoin.
Mastercard juga memberikan fitur dukungan cryptocurrency di platformnya. Lalu Bank of NY Mellon Corp pada bulan Februari juga menerbitkan opsi aset digital. Puncak popularitas bitcoin kemudian banyak didorong kuat dari hasil laporan keuangan Tesla kuartal I 2021. Dalam laporan keuangannya itu, Telsa melaporkan pembelian bitcoin senilai USD 1,5 milyar.