Merebaknya Virus Corona 2019-nCoV sudah membuka mata seluruh penjuru dunia. Dunia layanan kesehatan seakan kembali terhentak setelah sebelumnya wabah Virus Mers di tahun 2012, dan juga SARS di sekitar tahun 2002-2003.
Data terkini dari Johns Hopkins CSSE, Virus Corona 2019-nCoV sudah menjangkit 37,590 ribu orang. Tersebar kurang lebih di 29 Negara. Seperti China yang terbesar, Singapura, Thailand Hong Kong, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Malaysia, Australia, Jerman, Vietnam, Amerika, Perancis, Macau, Kanada, Italia, Philipina, India, Rusia, dan beberapa negara lain.
Setidaknya virus yang menyebar begitu cepat ini sudah merenggut 814 nyawa. Sedangkan yang telah sembuh sekitar 2.902 orang. Jumlah korban meninggal karena Virus Corona tersebut bahkan melampaui SARS. Sementara korban SARS di sekitar tahun 2002-2003 sudah menewaskan sekitar 774 orang di seluruh dunia.
Satu hal yang cukup penting untuk di cermati, adalah bagaimana kesigapan dalam menangani epidemi dengan tingkat penyebaran yang cukup tinggi. Fakta yang ada, bahkan di China saat itu jelas diawal sudah cukup kelabakan dalam hal penanganan. Namun, keseriusan pihak pemerintah China dalam menangani masalah ini cukup diapresiasi.
Lembaga dan instansi serta pelayanan kesehatan menjadi prioritas penting. Agar lebih sigap dalam melakukan penanganan yang lebih tepat guna. Dalam hal ini, semua penjuru dunia kian membutuhkan peran teknologi. Terlebih bagi dunia medis di dunia.
Sebut saja untuk supply Chain masker yang harganya justru sempat melejit, mengalami kelangkaan stok di tengah terjadi musibah. Begitupun juga dalam hal pelacakan pendistribusian obat-obatan. Sampai dengan pelacakan penyebaran virus dipercaya akan mempermudah dalam penanganan medis.
Di Amerika, dalam menangani hal yang sama, sudah mengundang banyak kalangan untuk bisa berkontribusi dalam penanggulangan masalah Corona ini. Sebut saja seperi Alipay yang mencoba membuat terobosan supply chain untuk pendistribusian obat-obatan. Ada pula pelacakan virus berbasis blockchain dari ACOER.
Upaya yang sama juga dilakukan oleh Hyperchain. Startup satu ini berniat untuk membantu dalam hal penanganan virus Corona. Segmentasi yang diambil adalah dalam hal penggalangan donasi berbasis blockchain.
Pelayanan medis jelas tidak bisa mengesampingkan peran pemanfaatan teknologi. Pelayanan perawatan kesehatan cukup penting ditunjang dari pemanfaatan teknologi mutakhir. Baik dari pemanfaatan teknologi blockchain, Distributed Ledger Technology (DLT), maupun Artificial Intelligence (AI).
Presiden China, Xin Jinping dalam situasi genting juga sempat memberikan komentar pentingnya peran terknologi tersebut. “Kita harus memanfaatkan peluang yang ditawarkan teknologi blockchain. Ini merujuk potensi blockchain terhadap kebutuhan-kebutuhan mendasar, seperti keamanan, hingga obat-obatan medis”, sebutnya.
Segmentasi yang lebih spesifik ini yang memungkinkan peran teknologi blockchain. Sementara, jika mengambil sample seperti Alipay maupun Hyperchain, mungkin terkesan tidak terlalu nampak memberikan dampak signifikan dalam upaya penanganan virus itu.
Akan cukup berbeda jika segmentasi itu seperti dalam hal upaya pencegahan. Seperti untuk percepatan proses identifikasi penyebaran virus. Teknologi blockchain, secara teknis akan cukup sulit bisa diimplementasikan dalam ruang yang lebih umum, dan bersifat publik. Akan berbeda jika dipergunakan untuk hal yang lebih spesifik, dan diperuntukkan bagi organisasi atau instansi kelembagaan secara internal.
Lagipula, tahap implementasinya juga akan banyak berelasi dengan pemanfaatan Distributed Ledger Technology (DLT), bukan Blockchain itu sendiri secara tinjuan teknis. Bagaimana bisa? Karena Blockchain bersifat terdesentralisasi.
Sifat desentralisasi ini tidak akan bisa dicapai dengan konsep DLT. Pasalnya desentralisasi maknanya dalam seluruh aspek haruslah bisa mencapai konsensus yang benar-benar terdesentralisasi. Tidak ada satu pihak pun yang bisa mengendalikan atau memegang peran mutlak.
Bagaimana mungkin jika sebuah platform yang masih ada pemilik atau owner tunggal yang cukup bisa memegang kendali penuh dikategorikan menjadi desentralisasi. Dengan karakter desentralisasi itulah yang membuat teknologi blockchain benar-benar ampuh. Jika tidak, maka selalu akan meninggalkan celah keamanan.
(gambar: _freakwave_ via Pixabay)