BitcoinMedia. Toyotaka Sakai, profesor Jepang di Fakultas Ekonomi Universitas Keio menyebut bahwa Bitcoin tidak akan berakhir. Komentarnya tersebut terkait perjalanan Bitcoin di sepanjang tahun 2018 sampai 2019 yang berada di masa cukup sulit.
Di sepanjang tahun sulit itu, sudah cukup banyak insiden terjadi. Mulai dari peretasan bursa kripto, dan hal-hal lain yang membuat tidak kondusif. Secara keseluruhan, sekian banyak insiden itu membuat iklim dunia kripto menjadi tidak menguntungkan.
DI tahun 2018 saja, sudah ada 14 insiden peretasan bursa kripto. Dengan total kerugian mencapai Rp 12 trilyun lebih. Jumlah insiden khusus untuk peretasan bursa kripto di tahun 2019 lantas melonjak hingga ada 25 insiden. Meskipun, total kerugian di tahun 2019 tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan tahun 2018.
Kenyataan untuk Bitcoin yang tidak kondusif itu dipandang Toyotaka Sakai berbeda di tahun 2020. Menurut profesor Jepang itu, tahun-tahun tersebut memang menjadi masa yang dramatis. Meski demikian, Sakai tetap beranggapan bahwa Bitcoin tidaklah berakhir.
Toyotaka Sakai juga menuliskan buku perihal Bitcoin yang dirilis bulan Februari 2019 silam. Buku yang ditulis oleh ekonom Jepang itu berjudul “Cryptocurrency VS Nation, Bitcoin Doesn’t End” dalam bahasa Jepang.
Dikutip dari CoindeskJepang (4/1/2020), Sakai memang melihat ada penurunan harga Bitcoin yang drastis sejak bulan Februari 2019. Harga Bitcoin turung dibawah 400.000 yen. Saat itu Sakai tidak pernah beranggapan bahwa nilai mata uang fiat sama seperti nilai Bitcoin. Sebaliknya Sakai justru melihat sebuah penanda penerimaan masyarakat dunia terhadap Bitcoin. Hal inilah yang membuatnya cukup yakin.
Terkait dengan bagaimana orang secara luas menyukai mata uang digital dan blockchain, Sakai sempat tertawa kecil. Saat memberikan komentarnya di CoindeskJepang, Sakai mengaku tidak mengetahui apa yang ada di benak orang lain.
Sakai juga menyinggung soal fenomena mata uang digital versi negara. Anggapannya, inisiatif mata uang digital bikinan pemerintah maupun bank sentral sudah tidak asing. Namun hanya Bitcoinlah yang cukup membuatnya cukup tertarik. Satu-satunya alasan bagi Sakai lantaran Bitcoin adalah penemuan yang cukup luar biasa.
Pendapat pribadinya, Sakai menyebut alasan yang cukup ideologis. Secara pribadi Sakai menyatakan tidak terlalu menyukai mata uang versi pemerintah atau bank sentral. Pasalnya, mekanisme yang selalu digunakan adalah selalu saja memperbanyak sirkulasi mata uangnya tanpa batas.
Hal itu yang membuat Bitcoin menjadi pembeda mutlak. Mekanisme distribusi Bitcoin dianggap cukup luar biasa. Tanpa melalui otoritas tersentralisasi. Mekanisme ini digambarkan Sakai seperti sekawanan burung yang sedang bermigrasi. Masing-masing burung hanya mengetahui situasi di sekelilingnya saja.
Sementara gambaran situasi secara keseluruhannya, burung-burung tersebut berterbangan di langit dalam urutan yang cukup luar biasa. Metode dan mekanisme itu cukup luar biasa, dan cukup potensial dalam mencapai tingkat optimalisasi secara global.Meski gagasan dan pendapat Sakai mungkin terkesan seperti seorang libertarian, namun dirinya mengaku bukan seorang libertarian. Namun, ide-ide tentang hal itu yang mungkin sama seperti seorang libertarian.