Berdasarkan database di Kantor Hak Cipta Amerika Serikat (US Copyright Office), ada yang lebih dulu mengajukan klaim Satoshi Nakamoto di tahun 2016 silam. Umumnya, selama ini pengakuan klaim Craig Wright lebih banyak disorot di berbagai media.
Dari klaim yang sudah tercatat di kantor hak cipta AS itu, diketahui nama Ronald Keala Kua Maria, yang pertama kali mengajukan klaim hak cipta Satoshi Nakamoto. File tersebut tercatat pada tanggal 17 Agustus 2016. Sedangkan klaim hak cipta yang diajukan oleh Craig Wright baru masuk pada tanggal 11 April 2019 yang lalu.
Terdaftar nama Ronald Keala Kua Maria ini kemudian mencoba mendaftarkan klaim hak cipta kembali. Tertanggal 18 Maret 2018, nama Ronald Keala Kua Maria kembali mendaftarkan kalim hak cipta kembali dengan dokumen no V9955D641.
Usut-punya usut, nama yang sama kembali muncul dan tercatat di dokumen USPTO, Badan Paten AS pada tanggal 18 Mei 2018. Nama Ronald Keala Kua di dokumen tersebut mempatenkan Bitcoin Cash. Dari fakta tersebut dapat kita lihat bagaimana daya upaya yang telah dilakukan oleh pihak-pihak tertentu. Bisa jadi memang beberapa pihak dari BCash (sebutan untuk Bitcoin Cash) sejak awal berupaya untuk memanipulasi.
Fakta tersebut memberikan persepsi berbeda dari kebanyakan yang telah tersiar di berbagai media. Klaim Satoshi Nakamoto yang telah banyak muncul itupun tidak lebih bersifat klaim personal semata. Pembuktian nyatanya tidak dengan cara mengajukan klaim hak cipta di badan hak cipta negara tertentu, seperti yang telah masuk di US Copyright Office. Pembuktian nyatanya hanya akan bersifat benar-benar otentik, jika telah dilakukan secara on-chain, di dalam jaringan Bitcoin.
Sedangkan untuk hak cipta Bitcoin sendiri, sebenarnya sudah jelas-jelas terpampang bahwa rilis Bitcoin pertama kali di tahun 2009 berada dibawah lisensi open source dari MIT.
Lisensi opensource dibawah MIT memang sedikit berbeda dengan GNU General Public License. Jika bersifat GNU General Public License, orang lain boleh mendistribusikan, memodifikasi, hingga menggunakan paten. Artinya pengguna lain secara bebas bahkan bisa mendistribusikan, mendaftarkan paten, tanpa menyertakan hak cipta asli dari yang asli.
Sedangkan MIT License memberikan kewajiban pengguna untuk menyertakan lisensi dan juga copyright dari pembuat kode aslinya. Baik digunakan untuk mendistribusikan ulang, ataupun modifikasi. Pengguna lain, juga tidak berhak untuk menuntut pembuat code asli jika terjadi kerusakan pada perangkat lunak itu.
Gerakan “We Are All Satoshi”, Kecuali Craig Wright
Upaya-upaya untuk mengajukan paten, copyright untuk Bitcoin memang sudah sejak lama dicermati secara serius di komunitas Bitcoin. Terutama ketika klaim Craig Wright yang heboh di media sejak tahun 2016 silam.
Klaim Craig Wright yang kemudian dijuluki dengan sebutan FakeToshi ini lantas mendapat banyak kritik pedas sejak saat itu juga. Pasalnya, tanda tangan digital yang diberikan adalah palsu belaka. Craig pun bahkan lantas dikritik Wikileaks karena telah banyak memberikan dokumen palsu.
Gerakan We Are All Satoshi kemudian muncul untuk mencemooh segala upaya Craig Wright yang membabi-buta untuk bisa klaim satoshi Nakamoto. Padahal upaya itu dilakukan bahkan dengan cara-cara apapun, bahkan memalsukan banyak dokumen.
Arthur Van Pelt misalnya, pada 21 Mei lalu mencoba mengajukan paten yang sama sebagai Satoshi Nakamoto. Dirinya melakukan hal itu sebagai bahan ejekan untuk upaya Craig Wright. Alasannya, siapapun bisa memberikan klaim Satoshi Nakamoto, jika hanya dengan mengajukan di Kantor Hak Cipta AS.
Dari ciutan Arthur saat itu, dirinya menghabiskan uang sebesar USD 35 untuk mengajukan klaimnya. Dari yang telah tercatat di Kantor Hak Cipta AS, telah terdapat 4 orang pengaju klaim hak cipta. Arthur adalah orang ke empatnya.