Menjelang halving bitcoin Harga Bitcoin beranjak naik sampai 15%. Bitcoin saat ini tembus sekitar USD 9.183 atau sekitar Rp. 138 juta per BTC. Capaian harga tersebut adalah yang tertinggi sejak bulan Maret lalu.
Di hari Rabu kemarin (29/4/2020), Bitcoin sudah menembus USD 8.000 untuk yang pertama kalinya sejak Maret. Dengan posisi yang sudah melewati level USD 9.000, besar potensinya untuk mencoba di level USD 10.000. Sejumlah analis memperkirakan potensi Bitcoin bisa menembus lebih di level USD 20.000. Alasannya, dua mekanisme halving yang sebelumnya sudah melampaui nilai tersebut.
Menurut Danny Scott dari CoinCorner, banyak orang sudah melihat sejarah harga Bitcoin. Termasuk juga bagaimana pola permintaan dan penawaran di masa lalu. Momentum halving bitcoin dapat memicu pergerakan harga naik yang baru sepanjang masa 18 bulan.
Hal senada juga dilontarkan oleh Dr Garrick Hileman dari Blockchain.com. Menurutnya, naiknya harga Bitcoin akhir-akhir ini bersamaan seperti aset komoditas emas. Menurutnya, ada kekhawatiran terhadap situasi moneter dan fiskal saat ini ditambah dengan menghadapi pandemic Covid 19.
“Antisipasi halving Bitcoin pada 12 Mei saat reward pertambangan berkurang separuh memicu permintaan. Jika permintaan saat ini mampu dipertahankan, maka ketika reward penambang berkurang separuh dapat membantu meningkatkan bitcoin,” terangnya, dikutip dari business insider (29/4/2020).
Lebih jauh, Scott menambahkan dengan menyinggung tentang pola Stock to Flow (S2F) Bitcoin. Menurutnya, berdasarkan model rasio stock to flow tersebut, kelangkaan jumlah pasokan BTC akan mendorong harga ke atas. Atas dasar itu, Scott berharap Bitcoin bisa mencapai level USD 100.000 dalam 12-18 bulan ke depan nantinya.
Awalnya model rasio S2F yang diperkenalkan oleh @PlanB itu belakangan banyak disangsikan. Pasalnya, dalam rentang waktu dari tahun 2018-2019, Bitcoin seakan kesulitan mencari performa terbaiknya. Namun kenyataan yang ada membuktikan bawa model S2F masih tetap aktual. Menurut Alex Mashinksy dari Celsius Network, “Dengan momentum halving yang hanya dua minggu lagi, kami kembali melihat ada sentiment bullish para pedagang Bitcoin. Data terbaru menunjukkan ada peningkatan dalam sektor ritel baru. Ditambah lagi ketika belum pernah terjadi sebelumnya, kombinasi stimulus fiskal dan moneter. Hal itu memperkuat daya tarik bitcoin sebagai aset deflasi.