Ada Friksi Harga Bitcoin Di Exchanger Bitcoin – Berdasar Hasil Penelitian Alexander Kroger dan Asani Sarkar
Friksi Harga Bitcoin. Adanya friksi harga bitcoin, berdampak dengan timbulnya insentif bagi pengguna untuk menggunakan Bitcoin sebagai alat pembayaran. Hasil penelitian tersebut, dipublish pada halaman blog Fed of New York tanggal 23 Maret 2016 lalu.
Hasil penelitian ini cukup banyak menjadi perbincangan. Sementara itu beberapa media cryptocurreny online mempublikasikan juga tentang hasil penelitian ini. Beberapa media tesebut diantaranya CryptocurrencyNews, dan juga NewsBitcoin.
Anggapan Bisa Menghapus Friksi Harga Bitcoin
Saat ini telah bisa dilihat bahwa Bitcon menjadi salah satu pengembangan mata uang digital yang paling populer. Para pendukung Bitcoin sering memberikan pernyataan. Bitcoin dapat menghapus friksi harga Bitcoin yang mungkin bisa ditimbulkan dari sistem pembayaran dan pada sistem penyelesaian proses pembayarannya. Caranya, dengan menghilangkan kebutuhan adanya perantara keuangan seperti halnya yang terjadi dalam mata uang tradisional.
Tentu saja, karena Bitcoin berbeda dengan mata uang konvensional. Pada mata uang konvensional, ada peran otoritas pusat. Sedangkan Bitcoin tidak, Bitcoin hanya menggunakan satu set kode yang telah disepakati dalam protokol Bitcoin.
Dari hasil penelitian tersebut, disebutkan bahwa adanya friksi harga Bitcoin itu tidak begitu berdampak signifikan terhadap pengguna Bitcoin secara langsung. Kecenderungannya, karena pengguna seringkali mengabaikan hal ini. Sedangkan, menurut hasil penelitian itu menyebutkan bahwa ada friksi yang cukup signifikan. Friksi harga Bitcoin yang signifikan itu terjadi, ketika Bitcoin diperdagangkan di bursa. Perbedaan harga yang cukup berarti itu terjadi secara terus menerus di bursa Bitcoin. Adanya friksi ini mengurangi insentif pelaku pasar untuk menggunakan Bitcoin sebagai satu alternatif pembayaran.
Seperti yang disebutkan tadi, Bitcoin tidak seperti Mata Uang Fiat, karena Bitcoin tidak ada otoritas pusat yang mengatur Bitcoin. Sementara Bitcoin menggunakan satu set kode yang telah disepakati dalam protokol Bitcoin.
Ada beberapa alasan yang mengklaim bahwa dengan Bitcoin akan bisa mengurangi waktu, biaya, dan resiko terkait dalam proses mentransfer nilai mata uang. Jika hal ini dibandingkan dengan mata uang tradisional. Kedua peneliti itu mencontohkan alasan tersebut pada sebuah pembayaran yang dilakukan oleh US Automated Clearing House (ACH). Pada transaksi proses pembayaran itu, memakan waktu kurang lebih dua hari kerja dalam penyelesaian transaksinya. Sementara jika dibandingkan dengan pembayaran menggunakan Bitcoin, waktu yang dibutuhkan kurang lebih 10 menit.
Bitcoin telah diterima menjadi alat pembayaran oleh berbagai bisnis dan organisasi. Bahkan, pada bulan Maret 2014 lalu, Bank of America mengajukan paten untuk sistem yang menjalankan sistem wire transfer menggunakan pertukaran cryptocurrency sebagai mediasi antara dua mata uang riil.
Apa Dan Bagaimana Anggapan Bitcoin Bisa Mengurangi Friksi Sebenarnya?
Kedua peneliti itu melihat hal ini melalui transaksi Bitcoin yang dilakukan antar wallet Bitcoin. Transaksi ini terjadi bisa dilakukan dengan mengabaikan adanya biaya transaksi secara relatif terhadap jumlah transaksi. Proses ini tidak seperti halnya pada mata uang tradisional.
Pada hasil penelitian Bank of England yang pernah dipublikasikan, menganggap bahwa Bitcoin tidak bisa melayani seluas unitnya sendiri. Oleh karena itu, sebagian besar pengguna mencari cara agar bisa melakukan pembayaran dengan Bitcoin harus terlebih dahulu membeli Bitcoin di exchanger yang menerima pembelian dengan menggunakan mata uang tradisional.
Setelah transaksi Bitcoin tersebut diterima, pengguna tersebut dapat menahan Bitcoin tersebut. Harapan pengguna itu, agar bisa digunakan dalam transaksi masa depan. Namun, volatilitas nilai tukar Bitcoin dengan mengabaikan korelasi kompromi atas mata uang tradisional itu tidak akan berguna sebagai unit akun, atau juga sebagai penyimpan nilai. Oleh karena itu, penerima Bitcoin lebih baik menukarkan Bitcoin mereka dengan mata uang tradisional yang lebih berguna dalam rekeningnya.
Disebutkan bahwa banyak retailer seperti Microsoft, Dell dan Expedia yang menerima pembayaran dengan Bitcoin. Pada dasarnya, retailer besar tersebut sebenarnya tidak menerima Bitcoin. Mereka menggunakan layanan dari pihak ketiga yang menerima Bitcoin dari para pelanggan.Kemudian menukarkan kembali Bitcoin tersebut dengan dolar kepada retailer. Sedangkan pada transaksi dari mata uang tradisional ke Bitcoin lalu kembali lagi ke proses sebaliknya, hal ini memerlukan biaya dan ada resiko counterparty yang berbeda di seluruh bursa. Proses transaksi dari ini bisa dilihat pada gambar dibawah.
Arbitrase Bitcoin
Karena Bitcoin bersifat homogen, perbedaan harga di bursa Bitcoin harus bisa dihilangkan oleh pelaku arbitrase untuk bisa menegakkan hukum satu harga. Dimana mereka membeli bitcoin saat itu lebih murah, kemudian menjual dengan harga yang lebih mahal.
Dari hasil penelitiannya, dikemukakan adanya perbedaan besar harga Bitcoin di AS. Perbedaan besar harga Bitcoin tersebut terjadi di tiga bursa utama Bitcoin. Seperti pada Bitstamp, BTC-E, dan Bitfinex. Angka persentase perbedaan harga antar ketiga bursa tersebut tidak pernah nol. Rata-rata perbedaannya positif. Ketika membeli di BTC-E lebih murah jika dibandingkan dengan di dua bursa lainnya.
Penyimpangan signifikan antara pasangan aset yang identik adalah hal biasa di bursa perdagangan. Ketika hal itu terjadi, masih belum bisa dianggap sebagai peluang keuntungan arbitrase. Namun pada arbritase Bitcoin, secara teori, membeli Bitcoin di BTC-E lalu menjualnya dalam jangka pendek (seperti pertama dengan meminjam Bitcoin lalu menjualnya) pada exchanger lain, bisa mengambil untung. Namun kenyatannya, perdagangan ini justru membutuhkan biaya transaksi, dan juga beresiko.
Biaya Transaksi Bitcoin
Biaya transaksi Bitcoin ini terjadi dalam dua bentuk. Satu berupa biaya perdagangan, dan kedua pada spread permintaan-penawaran. Arbitrator dalam hal ini, mereka harus membeli “permintaan” Bitcoin di BTC-E dengan lebih tinggi lalu, lalu menjualnya di “penawaran” yang lebih rendah.
Permintaan-penawaran spread itu mengurangi keuntungan dalam perdagangan. Namun spread (prosentase harga BTC-E) di exchanger ini diabaikan. Karena kaitannya dengan perbedaan harga secara normal. Oleh karena itu, bukan tidak mungkin akan secara signifikan menghambat arbitrase.
Delay dan Resiko
Adanya peluang terjadi arbitrase pada bursa perdagangan Bitcoin di beberapa exchanger bisa menimbulkan resiko tambahan. Resiko tersebut bisa terjadi karena adanya delay proses transaksi, dan juga resiko counterparty berupa penipuan pertukaran atau karena adanya kegagalan. Sehingga dapat menyebabkan perubahan harga. Dari harga Bitcoin yang tidak stabil, volatilitas intraday harga Bitcoin di BTC-E juga sering melebihi harga rata-rata, dan di Bitfinex juga. Hal itu bisa mengakibatkan adanya keterlambatan dalam eksekusi proses transaksi. Artinya, perbedaan harga itu bisa turun atau kembali lagi, sebelum para pialang bisa memanfaatkannya.
Peneliti kemudian menyebutkan bahwa ada delay terbesar yang terjadi saat transfer dolar ke dalam bursa. Menurutnya, bagi Arbitrator saat membeli Bitcoin dengan dolar di BTC-E dengan menyetorkan dolar AS via Wire transfer akan membutuhkan lima sampai sepuluh hari. Seorang trader yang berharap bisa menemukan cara untuk bisa mengeksekusi transaksinya dengan mentransfer dolar ke BTC-E akan beresiko. Tentu saja resiko yang dihadapinya adalah jika ada perubahan harga yang signifikan selama trader tersebut berada pada periode itu (saat harus menunggu lima sampai sepuluh hari).
Selain itu, delay juga terjadi saat mentransfer BItcoin dari BTC-E ke dua bursa exchanger lain, yakni Bitstamp atau Bitfinex. Untuk bisa deposit Bitcoin di Bitstamp atau Bitfinex, proses deposit tersebut membutuhkan tiga konfirmasi di jaringan.
Sedangkan pada masing-masing konfirmasinya berlangsung kurang lebih 10 menit. Sehingga total waktu kurang lebih 30 menit delay saat membeli Bitcoin di BTC-E untuk kemudian bisa disetorkan pada Bitfinex atau di Bitstamp. Delay ini bisa menghindari adanya penjualan dalam waktu cepat (short selling). Penjualan capat ini bisa dilakukan hanya di Bitfinex, namun ada biaya tambahan yang harus dibebankan.
Resiko lainnya adalah jika terjadi penipuan dalam perdagangan atau terjadi kegagalan. Kegagalan Exchanger terjadi secara rutin. Pada sebuah penelitian di tahun 2013 (bisa dilihat di bawah) disebutkan bahwa 18 dari 40 bursa perdagangan Bitcoin telah dianalisa dan terjadi kegagalan. Kegagalan yang terjadi pada Exchanger Mt.Gox adalah kegagalan yang paling menonjol.
Beware the Middleman – Analisa Empiris Resiko Perdagangan Bitcoin
Adanya Resiko Counterparty mungkin bisa membantu menjelaskan sampai ada diskon yang konsisten terus menerus terjadi pada BTC-E. Tidak seperti pada Bitstamp dan Bitfinex, karena BTC-E tidak mempublikasikan lokasi tempat operasi mereka. Tidak banyak yang bisa diketahui tentang pemilik BTC-E. Sedangkan hal seperti ini akan bisa menghambat pengguna Bitcoin melakukan pertukaran atau perdagangan. Mereka bisa jadi takut jika terjadi penipuan atau kebangkrutan.
Sementara adanya friksi harga Bitcoin antar exchanger ini juga memberikan contoh yang menarik adanya penyimpangan harga dari hukum satu harga yang umum diketahui. Implikasinya luas bagi daya tarik Bitcoin dari alternatif pembayaran lainnya.
Karena Bitcoin tidak berfungsi sebagai unit akun seperti rekening di perbankan, pengguna harus mengkonversi Bitcoin kedalam mata uang tradisional melalui exchanger. Kemudian membuat mereka berada dalam friksi harga Bitcoin, berada dalam ketidakpastian harga Bitcoin antar exchanger. Ketidakpastian harga ini, pada akhirnya akan menghalangi Bitcoin sebagai sebuah penyimpanan nilai.
Oleh karena itu, ketika Bitcoin terus berkembang sebagai pembayaran alternatif, bersaing dengan metode transfer tradisional dengan menyediakan biaya yang lebih rendah, meskipun hal itu sebanding dengan resiko transaksinya.
2 Comments
wah hebat tukang teliti
kalau aku sih tukang nyari hehe
pada dasarnya bitcoin hanya alat tukar sementara…
iya, dialektika tentang bitcoin di luarnegeri bisa dibilang cukup dinamis, meskipun tetap saja ada pro dan kontra. Beberapa waktu lalu Komisi Energi dan Perdagangan AS juga melakukan hearing tentang Bitcoin dan Blockchain. Sepertinya bakal menjadi pemicu lahirnya regulasi tentang mata uang digital di AS. Artikelnya bisa dibaca di http://bitcoinmedia.id/hearing-tentang-bitcoin-dan-blockchain/