Pemanfaatan Blockchain Untuk Desentralisasi IoT
IOT – Internet of Things. Dengan memanfaatkan konektifitas internet, dapat digunakan untuk berbagai macam hal. Mulai dari berbagi data, remote control, dan yang lainnya. Tidak hanya itu, elemen IoT ini juga meliputi benda-benda nyata seperti elektronik, bahkan juga benda hidup, yang semuanya dapat tersambung ke jaringan lokal maupun global dengan sensor yang tertanam dan aktif.
Pada dasarnya, dengan IoT ini, benda-benda di sekitar dapat dikomunikasikan satu sama lain menggunakan jaringan internet. Ketika era mata uang digital berbasis kriptografi seperti Bitcoin telah banyak membuktikan bahwa mata uang digital dapat mencapai desentralisasi, maka tidak menutup kemungkinan untuk desentralisasi IoT juga dapat dilakukan.
Ben Dickson, menuliskan kemungkinan desentralisasi IoT ini dengan menggunakan Blockchain di Techcrunch.com, Selasa 28 Juni 2016. Pada artikelnya ia menuliskan, saat ini ekosistem IoT masih mengandalkan sistem yang terpusat. Atau yang lebih banyak diketahui dengan paradigma server atau klien.
Dengan model itu, semua perangkat yang terhubung harus diidentifikasi, dikonfirmasi, dan terhubung melalui cloud server dengan ruang pengolahan dan penyimpanan data yang cukup besar. Sedangkan koneksi itupun juga harus dapat secara eksklusif.
Sistem yang terpusat membutuhkan biaya infrastruktur yang besar, begitu juga untuk pemeliharaan perangkatnya. Pada akhirnya, model terpusat ini akan makin membutuhkan ruang data dan makin besar kapasitas informasi yang harus ditangani oleh server. Dengan hal itu, otomatis juga biaya yang dibutuhkan menjadi meningkat secara substansial.
Semua hambatan dan persoalan itu, dapat dipecahkan jika desentralisasi IoT mampu diwujudkan. Ben Dickson menjelaskan pendekatan desentralisasi IoT tersebut dengan mengadopsi komunikasi standar peer-to-peer.
Jaringan p2p ini, dapat digunakan untuk memproses ratusan miliar transaksi antar perangkat secara signifikan. Bahkan, dapat mengurangi pembiayaan. Seperti kebutuhan untuk pemeliharaan pusat data, instalasi dan lain sebagainya di sistem terpusat.
Jika jaringan peer-to-peer dapat digunakan, selanjutnya adalah menjawab tantangan dalam hal keamanannya. Hal itu harus dilakukan karena IoT juga mengandung data-data yang sifatnya sensitif. Sehingga harus dapat menjaga privasi dan juga tingkat keamanan yang lebih tinggi. Mampu meminimalisir transaksi tidak valid dan meminimalisir juga tindakan pencurian. Satu yang memungkinkan dilakukan untuk menjawab masalah keamanan itu, adalah dengan menggunakan Blockchain.
Menggunakan Blockchain dapat menjadi solusi yang cukup elegan pada jaringan komunikasi p2p. Dengan teknologi ini, memungkinkan menciptakan ledger terdistribusi yang dapat tersebar di node dalam jaringan. Sehingga tidak tersimpan pada server pusat.
Ledger ini, mampu menjadi tamper-proof, sehingga tidak dapat dimanipulasi oleh para penyerang. Hal itu memungkinkan karena tidak ada pusat datanya tidak berada di satu titik. Kombinasi IoT dan Blockchain, memungkinkan ekonomi berjalan melingkar. Sumber daya yang digunakan dapat di shared dan digunakan kembali, jadi tidak dibuang begitu saja setelah digunakan.
Pada platform Ethereum, menggunakan konsep IoT pada blockchain yang digunakan. Di domain platform Ethereum ini, dapat berbagi energi listrik, dan juga tagihan gas. Sedangkan sebuah startup bernama Filamen, juga berinvestasi untuk IoT dan Blockchain.
Startup Filamen tersebut fokus pada aplikasi industri bidang pertanian, manufaktur dan juga migas. Pada artikelnya, Ben Dickson menuliskan bahwa Filamen menggunakan sensor nirkabel yang disebut dengan Taps. Sensor Taps ini digunakan untuk mengumpulkan data dan memantau aset. Tidak perlu menggunakan cloud ataupun pusat data terpusat, karena telah menggunakan teknologi blockchain.
Selain itu ada juga sebuah konsorsium bernama Chain of Things, yang lebih khusus pada eksplorasi peran blockchain dalam menangani masalah skala dan keamanan IoT. Di sebuah even Hackathon di London beberapa waktu lalu, kelompok di konsorsium itu mendemonstrasikan penggunaan blockchain dan IoT. Pada demonstrasi itu, menunjukkan satu studi kasus yang melibatkan penggunaan solar cell. Sistem yang dipakai itu memfasilitasi proses solar cell tersebut, melacak jumlah besaran energi yang telah dihasilkan, lalu memberikan data tersebut ke ledger dan didistribusikan ke node secara luas.
Ben Dickson, tentu saja memberikan beberapa hal yang menjadi kekurangannya. Hal itu dapat juga dilihat pada ekosistem Bitcoin. Masalah yang menjadi kekurangan itu adalah tentang pertumbuhan jaringan, peningkatan jumlah transaksi, maupun juga bagaimana ada selisih paham antar pengembang seperti yang terjadi di komunitas Bitcoin. Selain itu, Ben Dickson juga melihat daya dan konsumsi energi perlu juga mendapat perhatian khusus.