1. Adopsi kripto secara massal di tahun 2017 belum maksimal
Mungkin dapat dikatakan, bahwa adopsi masal kripto di tahun 2017 masih belum maksimal jika itu berelasi dengan dunia industri dan berkaitan dengan fungsionalitasnya. Sempat ada pembicaraan tentang paten blockchain yang muncul diawali oleh Mastercard, perusahaan besar dengan lonjakan pendaftaran ke Aliansi Enterprise Ethereum. Upaya mematenkan teknologi blockchain itu dipandang cukup aneh di komunitas kripto, terutama jika mengetahui bahwa blockchain berasal dari bitcoin yang bersifat open source.
Melihat potensi yang paling memungkinkan bagi pegiat startup, dunia fintech yang banyak dimanfaatkan oleh para pengusaha, perusahaan-perusahaan besar untuk masuk ke dalam dunia kripto, sejauh ini lebih banyak mencari kemudahan dengan menggunakan token di ekosistem ethereum. Terasa begitu sulit bagi mereka, terutama jika fungsi keamanan kripto akan jauh lebih maksimal jika bersifat desentralisasi.
Sementara di ekositem Ethereum, celah sentralisasi tersebut terbuka lebar, melalui smart kontraknya, meskipun dibangun di atas blockchain ethereum mereka. Namun tetap tidak bisa disangkal, bahwa kontrol terpusat atas smart kontrak itu, dipegang penuh oleh pembuat smart kontrak.
2. Tak Terlihat Perbedaan Jelas antara Blockchain, Token dan Kripto
Kurang lebih sebesar 99,9 persen orang di luar kelompok pengguna kripto di tahun 2017 mengasosiasikan masih tetap banyak yang mengasosiasikan blockchain dengan bitcoin dan kripto. Faktanya kini banyak token yang beredar dari smart kontrak yang dibangun di atas blockchain ethereum pun disebut dengan sebutan kripto. Sementara pemaknaan blockchain memang masih tidak terlepas dari bitcoin, karena memang istilah blockchain pun muncul dari Bitcoin sebagai entitas tunggal ekosistem dunia kripto yang membawa teknologi tersebut.
Ketika sudah muncul berbagai macam varian entitas kripto altcoin di dunia kripto, orang lantas banyak yang memahami bahwa teknologi blockchain memang begitu luar biasa bermanfaat. Orang di dunia pun berusaha memahami blockchain secara terpisah dengan unit-unit kriptonya. Termasuk juga memahami secara terpisah antara blockchain dan bitcoin.
Berkembang kemudian, banyak token blockchain bermunculan. Kemunculan token berbasis smart-contract memang sudah bukan hal yang baru di dunia kripto. Pada ekosistem bitcoin sendiripun token ini sudah banyak muncul diawali dengan ColeredCoin, yang dibangun diatas bitcoin.
Token yang berkembang sekarang, akhir-akhir ini banyak dibawa menggunakan blockchain ethereum telah banyak menimbulkan kebingunan bagi pengguna baru kripto. Sejauh ini, token ethereum yang dibuat menggunakan smart-kontrak baik menggunakan standar erc20 di ethereum banyak diasosiasikan sebagai sebuah mata uang berbasis kripto. Padahal hampir secara keseluruhan, token itu bersifat owner based, tidak bisa ditambang, dikontrol sepenuhnya oleh pemiliknya. Hal-hal ini tentu saja berbeda dengan karakter kripto secara umum yang telah dipahami. Pembedaan jelas antara ketiga hal penting antara blockchain, Token, dan kripto cukup penting untuk dilakukan.
3. Belum Terlihat Peran Peraturan Mandiri
Dengan perhatian utama terfokus pada SEC, FCA dan Swiss FINMA, peraturan tersebut belum pernah jauh dari percakapan kripto selama setahun terakhir. Dan dalam menghadapi pemeriksaan yang sudah diduga sebelumnya, banyak inisiatif pengaturan mandiri yang telah dibentuk dengan Crypto Valley Association. Antara lain dengan mengumumkan Kode Etik yang membentuk landasan untuk standar ICO, misalnya. Sejauh ini, bagaimana pun, prakarsa ini belum menghasilkan banyak. Di mana Kode Etik yang disebutkan sebelumnya masih belum dipublikasikan.
Terkait dengan peran regulasi internal hal ini lebih mengarah kepada ekosistem Ethereum dengan smart-kontraknya saja. Sedangkan, ekosistem Ethereum sendiri cukup banyak mendapat kritik pedas di komunitas bitcoin, terutama di sisi keamanan, dan potensi-potensi negatif lainnya.
4. Belum ada integerasi antar blockchain
Dalam catatan yang lebih bersifat teknis, fungsi yang dapat mengintegerasikan hal ini memang sulit untuk dipahami. Namun sejauh ini, apa yang telah coba dilakukan oleh Litecoin menjadi terobosan yang mengawali masa depan integerasi antar blockchain dengan menggunakan teknologi sidechain. Meski ujicoba yang berhasil dilakukan masih di tesnet, namun sidechain itu berhasil mulus berjalan dari Litecoin ke Bitcoin. Sampai saat ini, implementasi untuk dapat berjalan sepenuhnya memang masih memerlukan proses panjang.